Opini  

Pasti Menghadapi Kematian

Pasti Menghadapi Kematian
HS Makin Rahmat

Oleh Makin Rahmat, Santri Pinggiran & Ketua SMSI Jatim

SEMUA menghitung hari. Waktu yang sangat singkat untuk menghadapi masa-masa genting saat pencoblosan pada 14 Februari 2024 mendatang.

Momen kampanye menjadi kesempatan emas mendulang suara dari konstituen (pemilih). Singkatnya, perjuangan panjang proses pencarian calon presiden dan wapres, Caleg, calon senator di DPD, termasuk figur calon Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi hal preogratif masing-masing parpol dan lembaga diberikan kewenangan oleh undang-undang.

Bila berkaca dari gambaran di atas, tentu seluruh manusia hidup di dunia ini mengalami hal serupa. Pada bingkai kehidupan, kelahiran kita bukan sekedar proses biologis seksualitas dari pasatri. Sebagai orang beriman pasti menyakini ada campur tangan Sang Khalik (Pencipta).

Sebuah perenungan luar biasa, mengapa sedikit sekali manusia yang belum menyadari bahwa hidup di dunia ini hanya sementara. Tiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Kullun nafsin daaiqotul maut.

Bila kita insyaf tidak tergoda godaan nafsu kekuasaan yang terkadang dibungkus demi kepentingan rakyat, maka Al Faqir yakin, pesta demokrasi lima tahunan benar-benar ingin menata kehidupan berbangsa dan bernegara menuju masyarakat madaniyah mewujudkan kemerdekaan dalam segala aspek kehidupan.

Sebaliknya, bila yang segelintir orang kaya tambah memperkaya diri lupa segala harta, kekayaan, kekuasaan dan jabatan akan dimintai pertanggung jawaban, maka persaingan kotor sulit terhindarkan.

Sesuai firman Allah SWT:
وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّن قَبْلِكَ ٱلْخُلْدَ ۖ أَفَإِي۟ن مِّتَّ فَهُمُ ٱلْخَٰلِدُونَ
“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad); maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? (QS Al-Anbiya: 34).

Begitu pula kita sering mendengar ucapan bila mengetahui ada orang meninggal, selaras firman Allah:
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).
Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan,” (QS Al-Anbiya: 35).

Hal yang perlu diperhatikan adalah anak Adam yang meninggal, maka terputuslah seluruh amalnya, kecuali shodaqoh jariyah, ilmu bermanfaat dan anak saleh yang mendoakan kedua orangtuanya.

Semoga dari kajian dan perenungan bersama, para politisi menata niat untuk beribadah, bukan sekedar memenuhi hasrat menjadikan kekuasaan sebagai pamer kesombongan. Nauzubillah. (*)