Sekedar Catatan (SETAN) ; Djoko Tetuko
SURABAYA – Tiba-tiba saja pembangunan infrastruktur dengan berbagai terobosan sekaligus terabasan (kebijakan luar biasa), sama sekali tidak menyentuh peningkatan pendapatan pabrikan semen di Indonesia, terutama pabrik semen lokal, milik BUMN, setelah sekian lama menjadi pemain tunggal dan merasakan keuntungan cukup signifikan.
Terabasan pemerintah dengan membuka kran begitu lebar tanpa ada saringan bahkan perhitungan untung rugi perusahaan negera, maupun memperhitungkan kapasitas bahan olahan semen dalam negeri, membuat produski semen secara nasional mencapai 107 ton per tahun. Sementara kebutuhan domestik hanya 66 juta ton per tahun, dan kemampuan eksport hanya 2,5 juta ton per tahun.
Begitu menerabas sekaligus menerobos dengan berbagai kelebihan dan kekurangan, maka 3 tahun terakhir ini, pemain semen (pabrik semen, red) mulai pasang kuda-kuda, mulai merencanakan berbagai kemungkinan untuk mempertahankan citra positif kualitas produksi, juga citra positif masih mampu bertahan, di tengah-tengah persaingan yang tidak sehat. Dan inilah masa dimana ketika pabrik semen tidak lagi panen.
’’Kapasitas produksi seluruh pabrik semen di Indonesia mencapai 107 juta ton per tahun. Sementara kebutuhan dalam nasional dan eksport total baru mencapai 68,5 juta ton per tahun,’’ kata Agung Wiharto, Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, saat pertemuan dengan pimpinan media massa di Kota Surabaya, Kamis (7/6/2018) lalu
Kondisi ini, mau tidak mau, diperkirakan dalam kurun waktu 5-7 tahun ke depan, persaingan bisnis semen di Indonesia akan berlangsung sangat ketat dan keras. Sebab, sejak 2015 sampai 2022 diperkirakan surplus pasokan semen tetap tinggi di pasar nasional. Eksport semen nasional ke mancanegara tahun 2017 hanya 2,5 juta ton. Dari jumlah tersebut, sekitar 2 juta ton di antaranya oleh PT Semen Indonesia Grup,’’ kata Agung.
Mengapa semen tidak panen? Khusus eksport ke luar negeri saja, jika pada masa kejayaan Semen Indonesia sudah dapat dipastikan, ada keuntungan (margin) sangat signifikan. Tetapi, sejak produksi semen melimpah, maka bisa menutup biaya saja sudah cukup baik. ’’Margin eksport semen itu sangat kecil. Yang penting bisa menutup biaya produksi dan meningkatkan utilisasi pabrik,’’ tandas Agung.
Agung menjelaskan, bahwa salah satu faktor semen tidak panen dalam waktu cukup lama, karena tingkat konsumsi per kapita per tahun di Indonesia masih sangat rendah, yakni mencapai 262 kilogram/tahun/per kapita. Bandingkan dengan China yang mencapai 1.648 kilogram/tahun/per kapita.
Tingkat konsumsi semen di Indonesia kalah dibanding Malaysia, Thailand, dan Vietnam. ’’Oleh karena itu, sampai pada tahun 2021 mendatang, diperkirakan oversupply semen masih berada di kisaran 30 juta ton,’’ ujarnya.
Dengan persaingan sangat ketat antarpabrikan semen di Indonesia seperti sekarang ini, tambah Agung, rata-rata tingkat utilisasi pabrikan semen di Indonesia hanya 63%. Artinya, jika pabrikan semen memandang ada unit pabriknya dinilai tak efisien dioperasikan, sebaiknya unit pabrik semen tersebut dimatikan sementara waktu. “Semen Indonesia bersyukur tingkat utilisasinya mencapai 83%. Market share kita masih tinggi di angka sekitar 42%,” jelasnya.
Bahkan, lanjutnya, Kendati memiliki kapasitas produksi per tahun lebih dari 32 juta ton per tahun dengan tingkat utilisasi sebesar 83% di tahun 2017, tingkat profit bersih Semen Indonesia dari tahun ke tahun terus menurun. Hal itu disebabkan, harga semen di pasaran nasional terus menurun.
Tahun 2017 lalu, tingkat harga semen di pasar nasional turun sebesar 9% dibandingkan periode 2016. ’’Tahun 2016 harga semen per ton sebesar USD 880 dan di 2017 turun menjadi USD 730 per ton,’’ kata Agung.
Tidak Masuk Daftar Negatif Investasi
Harjanto, Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kemenperin, mengatakan kendati akan terjadi kelebihan pasokan semen, pihaknya tidak akan mengusulkan industri ini untuk masuk ke dalam daftar negatif investasi. ’
’Kami akan segera mengusulkan persyaratan teknis kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal [BKPM] khusus untuk industri semen. Salah satunya seperti investasi industri semen harus berada di luar Pulau Jawa,” ujarnya..