Ketua DPD Golkar Jatim Sarmuji, Dunia Politik Butuh Kehadiran Anak Muda 

Ketua DPD Golkar Jatim Sarmuji, Dunia Politik Butuh Kehadiran Anak Muda 
Dewan Pembina PD AMPG Jawa Timur M. Sarmuji sekaligus Ketua Golkar Jatim memukul kentongan menandai dibukanya kursus Politik anak muda di Kantor Golkar Jatim Minggu (1/10/2023)

SURABAYA (WartaTransparansi.com) Pembina Angkatan Muda Partai Golar yang juga Ketua DPD Golkar Jatim H M Sarmuji menegaskan bahwa dunia politik membutuhkan anak-anak muda yang memiliki kapabilitas dan idealisme yang kuat untuk turun di gelanggang politik.

Hal itu disampaikan Sarmuji saat membuka kursus politik anak muda di lantai 2 Kantor DPD Golkar Jatim, Minggu (1/10/2023).

Politisi muda Senayan dari Golkar, Dyah Roro Esti dihadirkan, juga Wakil Wali Kota Pasuruan kader Golkar, Adi Wibowo. Sarmuji juga menjadi pemateri dalam kursus politik tersebut. Bahkan Cak Sar, sapaan akrab Sarmuji, memastikan bahwa anggapan anak muda apatis terhadap politik itu tidak benar.

Sebanyak 25 PD AMPG mengirimkan delegasi di kursus politik yang digelar oleh PD AMPG Jatim. Total ada 221 orang dimana 40 di antaranya merupakan kader Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG). Menurut Sarmuji jumlah peserta yang cukup banyak ini menunjukkan bahwa atusias generasi muda mengikuti dan untuk tau politik sangat tinggi.

Ketua DPD Golkar Jatim Sarmuji, Dunia Politik Butuh Kehadiran Anak Muda 
Sebanyak 241 anak muda mengikuti kursus politik yang di selenggarakan PD AMPG Jawa Timur, di Kantor Golkar Jl. A. Yani Surabaya, siang tadi.

“Hadirnya anak muda dalam kursus politik ini membuktikan anak muda tidak cuek, tidak apatis terhadap politik. Sebaliknya mereka siap terpanggil tampil di gelanggang politik. Politik membutuhkan kehadiran anak-anak muda yang memiliki kapabilitas dan idialisme yang kuat,” katanya.

Menurut wakil ketua Komisi Vl DPR RI ini, negara ini ada karena salah satunya diperjuangkan oleh anak-anak muda. Tanpa mengesampingkan unsur-unsur yang lainnya, seandainya waktu itu tidak ada pemuda yang mendesak Soekarno-Hatta untuk memerdekakan republik ini sebelum 17 Agustus 1945, dia tidak yakin negara ini akan bisa berdiri dan mengisi kemerdekaan yang dinikmati saat ini.

“Andaikan tahun 1928 pemuda kita tidak mengambil sumpah pemuda tidak ada anak muda yang berkumpul mempertaruhkan diri menguatkan persatuan dan kesatuan dengan melakukan sumpah pemuda, saya tidak yakin Indonesia bisa berdiri,” tambahnya.

Peran-peran pemuda sepanjang republik ini berdiri hingga saat ini membuat Negara Indonesia tetap berdiri kokoh dan terjaga persatuan dan kesatuannya.

Oleh karena itu, Sarmuji menegaskan bahwa anak muda apatis itu, sebenarnya tidak benar. Karena selama-lamanya anak muda sebenarnya tidak apatis terhadap dunia politik.

“Selama-lamanya tidak pernah tidak peduli dengan eksistensi republik yang kita cintai ini,” tegas Sarmuji.

Dia juga menyampaikan kepada para pemuda yang hadir dalam kegiatan ini bahwa politik itu bukan sesuatu yang menjijikkan, kotor dan hina. Justru politik itu sesuatu yang mulia dan membutuhkan kehadiran anak-anak muda. Politik adalah kebajikan umum paling tinggi. Karena melalui politiklah urusan masyarakat bisa dikelola.

 “Saya sendiri anak petani yang memiliki tanah berpuluh-puluh hektare Tetapi sehebat-hebatnya petani tidak bisa merumuskan kebijakan di sektor pertanian, tentang pupuk, tata ruang dan sebagainya. Kita semua bisa menjadi pedagang, tetapi sehebat-hebatnya pedagang dia tidak bisa mengatur kebijakan tentang perdagangan. Kita bisa menjadi guru, tetapi sehebat-hebatnya guru.

Seluruh kehidupan kita mulai bangun tidur hingga sampai tidur lagi terikat dengan politik. Kita lahir hingga mati membutuhkan politik. Kiita lahir membutuhkan akte yang merupakan produk politik, sekolah diatur oleh undang-undang yang mengaturnya. Menikah butuh surat nikah yang diatur undang-undang. Mati butuh surat kematian yang diatur oleh politik. Semuanya diatur politik,” jelasnya.

Kekuatan seorang politisi akan mampu untuk menolong masyarakat yang mengalami kemiskinan, ikut membantu menjadikan Indonesia sebagai negara yang bisa bersaing di antara bangsa-bangsa. (*)