16 Bulan Normal Pimpin PSSI, Timnas Lompat 28 Negara

16 Bulan Normal Pimpin PSSI, Timnas Lompat 28 Negara

JAKARTA (Wartatransparansi.com) – Sejak terpilih menjadi Ketua Umum PSSI, 2 November 2019, dan secara normal memimpin roda organisasi hanya 1 tahun 4 bulan (16 bulan), Ketua Umum Moch Iriawan berhasil mengangkat prestasi Tim Nasional lompat 28 negara.

“Alhamdulillah Timnas Senior setelah 16 tahun gagal, berhasil lolos Piala Asia dan nanti akan bermain pada bulan Juni mendatang di Qatar,” katanya saat Kongres Biasa, di Hotel Sultan Jakarta, Minggu (15/1/2023).

Yang membanggakan, lanjut Ketum Iwan Bule —panggilan akrab Moch Iriawan—, ranking Timnas meningkatkan melewati 28 negara. “Ranking Timnas dari 179 sekarang 151, artinya ada lonjakan 28 negara, ini catatan terbaik 10 tahun terakhir,” tandasnya.

Mengenai Kongres Biasa 2023, menurut dia, selain kegiatan rutin laporan kegiatan organisasi dan laporan keuangan. Khusus tahun ini agak luar biasa karena menetapkan Komisi Pemilihan dan Komisi Banding Pemilihan (KP dan KBP) untuk Kongres Luar Biasa bulan Februari 2023.

Ketua Umum PSSI Moch Iriawan juga menegaskan bahwa
Kongres ini muncul karena tragedi Kanjuruan, sebagai Ketum dan pribadi sangat terpukul dan kami semua berduka

“Kita sepakat ke depan tidak ada lagi kejadian yang memakan korban nyawa cukup banyak seperti tragedi Kanjuruhan,” ujarnya.

Iwan Bule juga mengajak, sepakbola dijadikan
olahraga persatuan dan menyenangkan.
Bukan menakutkan dan menyeramkan

Dia menjelaskan, semua masukan bermuara pada niat membawa sepakbola kita lebih baik dan lebih maju, terus diterima dengan terbuka.

Bahkan, lanjut dia, Kongres menunjukkan kepada semua bahwa PSSI sangat terbuka untuk kemajuan sepakbola yang cintai masyarakat.

“Kami dari PSSI ingin mengusulkan mengajak semua pihak pada tanggal 1 Oktober, menjadi hari ini libur sepakbola Indonesia. Mudah-mudahan yang hadir sepakat,” harapnya.

Iwan Bule menegaskan bahwa usulan ini adalah cara kita mengenang korban Kanjuruhan. Tetapi sepakbola tanpa
kehadiran penonton seperti sayur tanpa garam

Hal itu terlihat pada saat Covid-19 atmosfer berbeda karena tanpa penonton, “Kami menakhodai kepengurusan ini banyak tantangan, Badai Covid-19 membuat semua aktifitas berhenti,” katanya. (*)