SURABAYA (WartaTransparansi.com) – Bergabungnya mantan Gubernur Jatim Dr Soekarwo, SH, M.Hum ke Partai Golkar menjadi vitamin yang mampu menyegarkan kembali partai berlambang Pohon Beringin. Hanya saja, Golkar harus mampu memanfaatkan ketokohannya dengan memaintenance dalam melakukan ekspansi secara elektoral.
“Kita tahu, Pakde Karwo (Soekarwo) adalah tokoh besar khususnya di Jatim. Dalam 10 tahun menjabat gubernur Jatim bisa memberikan warna bagi Golkar. Karena masih banyak orang yang rindu dengan Pakde, khususnya di wilayah Mataraman. Belum lagi para pejabat struktural pun masih ingat bagaimana dia ketika mewarnai pemerintahan 10 tahun,” ujar peneliti senior dari Surabaya Survei Center (SSC) Surokim Abdussalam di Surabaya, Rabu.
Dosen Universitas Trunojoyo Madura (UTM) ini menambahkan, di Golkar memang Pakde Karwo menduduki Wakil Ketua Dewan Pakar DPP Partai Golkar. Tetapi, yang paling diuntungkan tentunya Golkar Jatim dimana Pakde memang sangat dekat dan mengakar dengan masyarakat Jatim.
Sebuah partai sendiri memang sangat mengandalkan para tokoh sebagai salah satu variabel penting dalam peta perpolitikan, khususnya untuk menggaet voter.
“Pemahaman politik beliau (Soekarwo) kita ketahui sudah cukup mapan di atas rata-rata. Dan, selama ini Pade dikenal sebagai tokoh politik yang tidak kenal lawan. Sebaliknya, banyak kawan dari berbagai kalangan termasuk di dunia politik. Contohnya saat dirinya berada di Partai Demokrat, kok bisa masuk anggota Watimpres dimana kita tahu di sana ada dominasi PDIP.
Demikian juga tiba-tiba dirinya bergabung Partai Golkar setelah merasa tak nyaman di Demokrat. Tentu tidak semua tokoh bisa bergabung dengan partai yang sudah mapan seperti Golkar,” ungkapnya.
Disinggung soal penyebab bergabungnya Pakde Karwo ke Golkar, menurut Surokim kemungkinan ada faktor menantunya Bayu Airlangga yang saat ini menjadi pengurus DI DPD Partai Golkar Jatim. “Mas Bayu mungkin saja yang membuat Pakde ke Golkar. Sebab, saat ini kegiatan politik Bayu Airlangga akan mengalami kesulitan, jika tidak dibantuk Pakde Karwo.
Ini tentu menguntungkan bagi Golkar khususnya di Jatim untuk memanfaatkan sebagai momentum ekspansif,” tambahnya.
Memang, banyak fariabel yang dibutuhkan sebuah partai dalam mengangkat mereka untuk bersaing di Pemilu 2024.
Selain butuh tokoh, juga program maupun kaderisasi pemilih pemula dan sebagainya. Hanya saja, di Indonesia, kebutuhan tokoh memang masih sangat tinggi untuk mengangkat partai. Contohnya, Partai Perindo yang dulunya elektabilitasnya hanya 1 persen, namun kini dari hasil survei terbaru sudah menambahnya menjadi di atas 3 persen. Itu terjadi karena banyak tokoh politik yang pindah ke partai milik Hari Tanuwidjaya tersebut.
Disinggung soal posisi Demokrat yang sudah ditinggal oleh Pakde Karwo, diakui Surokim harus sebagai bahan evaluasi bagaimana caranya agar mampu memelihara tokohnya untuk menyaman dan bertahan.
Selain itu, pengaruh kepergian Pakde bisa diimbangi dengan langkah-langkah lainnya yang bisa menambah kepercayaan masyarakat terhadap partai berlogo Mercy tersebut seperti program dan kaderisasi. Sehingga untuk menghindari elektabilitas ‘terjun bebas’. (SR/MIN)