Di Atas Awan

Di Atas Awan

Karya Joko Tetuko

Menulis sajak bukan menapak jejak
Menulis sajak bukan pula menjejak jamak
Menulis sajak bukan sekedar memindah otak
Menulis saja ada nikmat dan rahmat karena memang hanya untuk penikmat

Pagi, siang, dan malam ini sajak diajak-ajak bergaul tanpa jarak, menjadi tapak tilas karya para bapak, para ibu, para anak memasak sajak. Menyajikan tiada rasa tamak, kecuali selalu mengajak berbuat bijak

Sajak melayang layang memang berputar dari satu mata ke mata hati, dari daun telinga ke pori-pori menembus … menembus …menembus … mengubah negeri ini yang lama tergadaikan, kembali menjadi hak anak negeri

Kapal Udara

Terbanglah burung besi aduhai kekasih hati, tiada berhenti walau awan suci menghampiri dengan penuh tatapan simpati dan hati bak mutiara bersinar bersih

Terbanglah burung besi mengangkasa raya melintas belaian jiwa, menembus raga sukma bermega, tiada tahu kapan hendak lupa, datang pun saja karena memang sudah waktunya tiba.

Terbanglah burung besi, kapal udara kata para santri, mengitari langit sambil menari-nari, membawa jutaan harapan anak negeri

Terbanglah burung besi, membawa pesan dari suami dan istri, menyatukan nurani setelah sekian lama terpatri tanpa mampu menyapa diri

Terbanglah burung besi burung dengan sayap penuh arti, berhenti mati bersuara sejati seperti baru mendapat trophy.