SURABAYA (WartaTransparansi.com) – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terus mengevaluasi, mengamati, dan menganalisis skenario dari kemungkinan terjadinya gempa bumi dan tsunami di wilayah Jawa Timur.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati saat webinar Kajian dan Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami di Jawa Timur, Jumat (28/5/2021) mengatakan, sejak awal tahun, BMKG telah melakukan evaluasi di beberapa klaster.
Antaranya, sekitaran lepas pantai Jawa Timur, selatan Selat Sunda, selatan Jawa Barat, selatan Jawa Tengah, dan sebelah barat Kepulauan Mentawai yang dapat berdampak sampai ke Sumatera Barat.
Menurut Dwikorita, secara umum wilayah Indonesia mengalami lompatan kejadian gempa dengan berbagai magnitudo rata-rata 4.000 sampai 5.000 kali sejak tahun 2008. Pada tahun 2017 naik menjadi lebih dari 7.000 kali.
“Bahkan tahun 2018 menjadi 11.920, dan pada tahun 2020 masih ada di atas rata-rata yaitu 8.258 kali,” ungkapnya.
Jika melihat klasternya, yaitu wilayah lepas pantai Jatim dengan kekuatan yang bervariasi, lebih banyak gempa dengan magnitudo di bawah lima.
Tetapi lanjut Dwikorita, tetap harus menjadi perhatian. Karena belajar dari kejadian sebelumnya, gempa besar diawali dengan gempa kecil seperti di Aceh, Jakarta, Jogja, Lombok, dan Palu. Jumlah frekuensi gempa dalam satu bulan bisa lebih dari 100 kali.
Fenomena yang diamati dan dianalisis BMKG, lanjut Dwikorita, terjadinya peningkatan frekuensi dari gempa kecil sebelum akhirnya mengalami gempa dengan kekuatan lebih besar.
”Kami curiga sejak akhir tahun. Jadi pada awal tahun ini kami menyurvei. Jika tahun sebelumnya kejadian gempa rata-rata 300 sampai 400 kali, mulai bulan Januari 2021 meningkat menjadi 600 kali, karena itu kami menyusuri pantai Jawa Timur sampai Selat Sunda,” jelasnya.
Hal yang dikhawatirkan BMKG yaitu catatan sejarah gempa yang berkekuatan di atas magnitudo 7, kemudian muncul, skenario terburuk kekuatan gempa adalah 8,7 dan bisa menimbulkan tsunami.
Karena itu, kata Dwikorita, BMKG selalu mengecek kesiapan aparat setempat, pemerintah daerah serta kesiapan sarana dan prasarana untuk evakuasi bila terjadi tsunami.***