MAGHFIRAH RAMADHAN

Kajian Ramadhan, Diasuh Univ. Darul Ulum Jombang (22)

MAGHFIRAH RAMADHAN
H. Sahal Afhami, S. H., M. H

Oleh Dr. H. Sahal Afhami, S. H., M. H

Ramadhan sebagai bulan maghfirah; yaitu bulan pengampunan. Pengampunan bagi dosa-dosa kecil walaupun tanpa memohon  pengampunan kepada Allah, juga dosa besar sekalipun asal dosa yang berhubungan langsung dengan Allah dan sudah memohon dengan cara taubat dan mendapatkan  pengampunanNya, ada lagi yaitu dosa-dosa kecil yang berhubungan dengan sesama asal sudah memohon maaf kepada yang bersangkutan dan mendapatkan pengampunannya, dan bukan dosa dengan sesama yang belum  mendapatkan pengampunannya.

Kita sudah masuk sepuluh hari ketiga  terakhir bulan  Ramadhan  dan sepuluh hari kedua Ramadhan, sudah  tak terasa kita lewati sebagai  hari pengampunan. Kajian ini masih relevan  menjadi renungan sebab yg dibahas tentang macam dosa dan  pengampunannya  secara keseluruhan. 

Soal pengampunan dosa ini Allah memberikan petunjuk dengan firmanNya yang artinya: “Bergegaslah untuk mendapatkan ampunan dari Tuhanmu (Ali Imran: 123). 

Kata bergegaslah (saari’uu) mempunyai dua arti yaitu:

  1. Bersegeralah dan berlombalah mengerjakan perhuatan-perbuatan  yang shalih;
  2. Bertaubatlah dengan taubat yang mengharuskan mendapatkan pengampunan.

Amal shalih adalah perbuatan yang membawa kemaslahatan bagi sesama, yang dilakukan sesuai dengan petunjuk Allah dan RasulNya (implementasi Kegiatan   Amal Shalih, Jurnal IAIN Kediri). 

Contoh perbuatan shalih antara lain:

  1. Bertakwa hanya kepada Allah;
  2. Berbakti kepada kedua orang tua;
  3. Menjalankan semua ibadah berdasarkan syariat;
  4. Silaturrahmi, dan;
  5. Senantiasa berbuat baik kepada semua makhluk Allah.

Perbuatan shalih ini merupakan salah satu perbuatan yang beruntung (QS, Al-Ashr: 1-3). 

Selain perbuatan shalih adalah bertaubat untuk mendapatkan ampunanNya.

Firman Allah dalam Surat Ali Imran: 135, yang memberikan isyarat tentang dosa besar dan dosa kecil serta cara pengampunannya. Firman Allah tersebut  berbuny i: walladziina idzaa fa’aluu faahisyatan au  dholamuu anfusahum dzakarullaha fastaghfaruu lidzunuubihim wa man yaghfiru al-dzunuuba illa Allaah walam yusirru alaa maa fa’aluu wahum ya’lamun. 

Kata “faahisyatan” mennjukan bahwa itu dosa besar. Kata “au dholamuu anfusahum” menunjukkan dosa kecil. 

Cara mendapatkan ampunan dari dosa besar dan kecil adalah: jika dosa besar maka caranya “fastaghfaruu lidzunuubihim” yang diberi penafsiran  “dengan menyesali perbuatannya dan taubat”. Sedang kan dosa kecil caranya dengan “dzakarullaha” yang diberi penafsiran “ingat pada janji Allah, kebijakan Allah, dan hak Allah yang Agung”, karena sesungguhnya baik dosa besar maupun kecil hanya Allah yang dapat mengampuninya.

Pengertian ini disarikan dari kalimat “wa man yaghfiru al-dzubuuba Illa Allah” , yakni lafadz “man” (kata istifham) yang menggunakan makna “nafi” yang mempunyai arti “tidak”, yaitu: tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali hanya Allah. 

Kaedah untuk mengetahui dosa besar dan kecil adalah sebagai berikut:

  1. Dosa besar.

Dosa besar adalah dosa yang dumutlakkan oleh Nash Al-Qur’an dan Al-Sunnah atau ijma’ sebagai dosa besar ( Fathu Al-Bary, juz 15: 209).

Keterangan dosa besar dapat di baca Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Syura: 37, Surat Al-Nisa’: 31, dan Surat Al-Najm: 32. Juga dapat dibaca sabda  Rasulullah SAW. yang artinya : jauhi tujuh dosa besar yang membinasakan, sahabat bertanya: apa itu Yaa Rasulallah ?

Jawab Rasulullah : syirik kepada Allah, sihir, membunuh seseorang tanpa hak, makan harta riba, makan harta anak yatim, lari dalam peperangan, dan menuduh berzina perempuan baik-baik (Bukhari nmr: 2766, Muslim nmr: 89, Al-Adabu Al-Mufrad, Juz 12: 15). 

Dalam Tafsir Ibnu Katsir ada keterangan bahwa dosa besar adalah dosa yang ditutup dengan ancaman neraka, atau kemurkaan, atau laknat, atau adzab ( Tafsir Ibnu Katsir Juz 2: 282). 

  1. Dosa kecil.

Selain dosa-dosa besar yang disebutkan diatas berarti itu adalah dosa-dosa kecil. 

Menurut Imam Nawawi bahwa dosa besar hanya dapat dihapus dengan cara bertaubat, atau mendapatkan Rahmat dari Allah, atau mendapatkan keutamaan (Fadhol) nya Allah (Syarah Shahih Muslim Al-Nawawi,  Juz: 3: 113).

Taubat menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah: sadar dengan menyesali akan dosa (perbuatan yang salah dan jahat) dan berniat akan memperbaiki tingkah laku dan perbuatan. Sedang menurut istilah Imam Nawawi: tindakan yang wajib dilakukan atas sikap dan dosa.

Untuk dosa besar ini harus dilakukan pertaubatan sebagai mana firman Allah dalam Al-Qur’an yang artinya: wahai orang-orang yang (mengaku dirinya)  beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang nashuha (Al-Tahrim: 8). 

Sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya : mohon ampunlah kepada Tuhanmu sesungguhnya aku memohon ampun dan bertaubat kepada Allah seratus kali setiap hari (Al-Da’awat, juz: 8: 67, Bukhari, nmr: 6307).

Untuk mengetahui seseorang itu bertaubat atau tidak, menurut sebagian para ahli ilmu dan hukum  dapat diketahui dari ciri-cirinya sebagai berikut: 

  1. Lisan atau ucapannya tidak berlebihan, tidak bergunjing (ghibah), adu domba, dan bohong;
  2. Hatinya tidak hasud, dan tidak satupun dari seseorang yang dimusuhinya;
  3. Menjauhi teman yang jahad (jelek perilakunya), dan tidak berteman dengan seseorangpun yang jahad, dan ;
  4. Selalu bersiap-siap (dengan perbuatan baik) untuk mati, menyesali akan dosa, selalu memohon ampunan atas dosa-dosa yang sudah, dan selalu sungguh-sungguh dalam beribadah.

Kembali ke permasalahan dasar, apakah Bulan Ramadhan sebagai bulan maghfirah dapat menghapus semua dosa-dosa baik dosa besar maupun dosa kecil?

Bila disimpulkan dari keterangan diatas jawabannya, yaitu dosa besar bisa terhapus hanya dengan memohon ampunan dan bertaubat kepada Allah. Sedang dosa kecil yang berkaitan dengan Allah langsung dapat terhapus jika dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah, dan jika ada kaitannya dengan sesama maka dosa tersebut terampuni  setelah mendapatkan pengampunan dari seseorang yang dibuat dosa.

Para Ulama’ bersepakat bahwa permohonan ampunan atas dosa-dosa tersebut dapat juga dimintakan oleh orang lain yang pahalanya dapat diterimakan kepada orang yang berbuat dosa yang sudah meninggal (Al-Mizan Al-Kubro, Abdul Wahab Bin Ahmad, Juz: 1: 90)

Semoga kita selalu dapat menjaga diri untuk tidak berperilaku baik ucapan maupun perbuatan yang menjurus ke perbuatan dosa, dan dapat selalu memohon ampunan dan bertaubat kepada Allah setidaknya tujuh puluh kali setiap hari, dan selalu dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah setiap saat sehingga menjadi hamba yang shalih dan dihapus dosa-dosanya terutan dibulan Ramadhan ini. Aamiin YRA. (Penulis adalah Dosen Fakultas Hukum Univ. Darul Ulum Jombang//e-mail: [email protected])