Oleh : Dr. H. Muhtadi, S. Ag. M. HI.
Mayoritas umat Islam di belahan dunia, termasuk Indonesia hampir dapat dipastikan sudah mengetahui dan memahami bahwa puasa Romadhon merupakan bagian dari rukun Islam ke empat, yang harus dilakukan oleh setiap muslim baligh (dewasa) dan berakal sehat.
Sungguhpun dalam kenyataannya masih banyak kaum muslimin yang belum melakukan puasa Romadhon dengan sesungguhnya (seperti halnya sholat lima waktu), puasa Romadhon menyimpan segudang hikmah yang sebaiknya untuk diketahui oleh umat Islam, diantaranya adalah.
Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, menjalankan ibadah puasa Romadhon merupakan kuwajiban, seperti yang tertera dalam ayat Al-Quran yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu sekalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al Baqarah: 183).
Ayat ini menunjukkan bahwa dengan penghambaan diri secara totalitas dan meneladani nabi Muhammad saw melalui puasa Romadhon, merupakan salah satu hikmah yang besar, agar umat Islam dapat menggapai derajat muttaqin (orang-orang yang bertakwa). Ketika berpuasa, berarti umat Islam telah melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi setiap larangan-Nya. Orang yang berpuasa akan meninggalkan setiap larangan seperti, makan, minum, bersetubuh dengan istri di siang hari, dan segala bentuk kemaksiatan lain. Hal ini dilakukan demi mendekatkan diri pada Allah SWT dan memperoleh ridho-Nya.
Orang yang berpuasa sebenarnya mampu untuk melakukan segala kesenangan duniawi yang dilarang selama sedang puasa, namun ia menyadari bahwa Allah SWT Maha Mengetahui, sehingga ia berusaha untuk menekan segala keinginan itu secara sadar dan sukarela.
Senada dengan itu, orang yang berpuasa juga akan senang melakukan berbagai amalan yang baik untuk memperoleh ketakwaan kepada Allah SWT dan merupakan implementasi rasa cinta kepada sang Pencipta dan rasul-Nya.
Untuk mengontrol hawa nafsu, dengan puasa Romadhon dapat membantu diri dalam mengontrol hawa nafsu, saat perut terasa lapar dan tenggorokan terasa dahaga, ia tidak mau makan dan minum, walaupun makanan yang lezat, minuman yang segar di siang bolong ada dihadapannya, hal demikian secara langsung melatih diri dari serangan hawa nafsu. Berpuasa yang dilakukan dengan tulus karena Allah SWT, seseorang diharapkan dapat menguasai dan mengontrol perbuatan-perbuatan yang tercela yang dilarang oleh dzat yang Maha Agung.
Dari itu, sebaiknya ia menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, melakukan hal-hal baik yang sekiranya menguntungkan bagi diri sendiri maupun terhadap sesama.
Selain itu, hendaknya meninggalkan perbuatan-perbuatan negatif seperti ghibah, berbohong, dan hal lain dari akhlak al-Madzmumah (akhlak tercela). Rasulullah saw bersabda yang maksudnya, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta, malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang ia tahan” (HR, al-Bukhori, Riyadh al- Sholihin,352).
Saat hati, jiwa dan dirinya mampu meninggalkan kesenangan dunia sejenak, saat itulah dapat dikatakan bahwa ia telah mampu mengendalikan dirinya sendiri, ini semua dilakukan semata karena Allah SWT, sebagaimana dijelaskan dalam hadith qudsi, yang artinya “Ia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku”.
Upaya merubah diri menjadi lebih baik, dengan berpuasa di bulan Romadhon menimbulkan kesadaran dan keinginan dari dalam diri untuk berubah menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya.
Dalam keadaan berpuasa, orang cenderung ingin selalu berbuat baik pada sesama (hablun min-Annas) dan menjalin hubungan baik kepada Allah SWT (hablun min-Allah). jika kita tergoda untuk melakukan perbuatan maksiat atau tercela, maka puasa kita akan akan menjadi sia-sia, perhatikan hadith Nabi Muhammad saw yang intinya “Betapa banyak orang yang berpuasa namun ia tidak mendapatkan dari pahala puasanya tersebut kecuali mendapatkan rasa lapar dan dahaga saja”. (HR, Ibnu Majah, Juz,1, hal: 539).
Dalam hadith lain, yang artinya “Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu (tidak tidak berguna) dan rofats (kata-kata yang keji atau kotor), Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, aku sedang puasa, aku sedang puasa”.(HR, al-Bukhori, Riyadh al-Sholihin,352).
Hadith tersebut, memberi pelajaran berharga kepada seluh umat Islam di bulan dan tahun ini, yaitu masa Covid 19 dan di era millinial ini, agar tetap menjalankan puasa dengan sesungguhnya, sehingga dengan puasa Romadhon pada tahun ini, mampu merubah dari gaya hidup yang tidak punya prinsip (norok buntek), yang amburadul, menuju kehidupan sesuai tuntunan nabi Agung Muhammad saw.
Menumbuhkan rasa empati terhadap fakir miskin, ketika sedang berpuasa, seorang hamba akan merasa lapar dan dahaga bukan?, ia akan merasakan apa yang selama ini dirasakan oleh orang-orang fakir miskin.
Mereka yang hidupnya kekurangan, merasakan lapar dan dahaga bukan hanya di siang bulan Romadhon, melaikan merasa lapar dan dahaga setiap hari atau bahkan di sepanjang bulan dan tahun.
Dengan demikian, ia tidak lupa dan tidak merasa berkeberatan untuk menyisihkan sebagian harta yang dimiliki untuk membantu kekurangan mereka. Hal demikian sangat dianjurkan oleh nabi Muhammad saw seperti dalam hadith yang artinya “ Allah akan mememberi pertolongan kepada hamba-Nya, selagi hamba tersebut mau menolong terhadap saudaranya”.(HR. Muslim, Shohih Muslim, Juz, 4, hal: 2074).
Dapat mengkontrol Kesehatan Jasmani, puasa, bukan saja membuahkan kesehat rohani, namun juga berdampak terhadap kesehatan jasmani, secara medis telah terbukti bahwa berpuasa sangat membantu meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani. Adanya issue yang dilontarkan oleh sekelompok orang akhir-akhir ini, mereka berharap kepada fihak yang punya wewenang, bahwa dalam situasi covid 19 ini, agar puasa bisa diganti dengan membayar fidyah (tebusan puasa diganti dengan makanan atau sejumlah uang tertentu), menurutnya puasa bisa menurunkan imun yang berdampak mudah terjangkitnya Virus Covid 19. Namun usulan ini ditolak mentah-mentah oleh fihak terkait dalam hal ini adalah Majlis Ulamak Indonesia (MUI)
Permintaan tersebut sungguh mecederai syareat agama yang fitri, sebab nabi Muhammad saw terkait dengan perintah berpuasa, juga memberikan tips-tips agar kondisi jasmani tetap fit di waktu siang hari, misalnya disunnahkan sahur di akhir malam sebelum subuh, makan secukupnya yang halan thoyiba, segera berbuka jika sudah saatnya maghrib tiba, dan masih banyak tips lain termasuk membaca doa saat makan sahur dan berbuka.
Sungguhpon puasa diwajibkan bagi setiap muslim, namun orang sakit, musafir, wanita hamil atau menysui, orang usia lanjut, diperbolehkan tidak berpuasa dengan mengkodhok (berpuasa di hari yang lain), keculai orang sakit yang kemungkinan kecil bisa sembuh dan orang tua yang tidak mampu puasa, hal ini baru diperbolehkan membayar fidyah dan tidak perlu menkodhok puasanya.
Mengapa berpuasa dapat membuat kesehatan jasmani lebih baik?, ini dikarenakan ketika puasa, orang akan tidak banyak melakukan aktivitas makan dan minum sebagaimana biasanya.
Puasa juga membantu mengistirahatkan sistem pencernaan dalam tubuh sementara waktu serta memberi kesempatan bagi tubuh untuk mengeluarkan semua kotoran dan zat-zat berbahaya yang terdapat di dalamnya.
Semoga tulisan yang sederhana ini, bisa bermanfaat, menambah kesungguhan dalam menjalankan puasa Romadhon dan dengan senang hati untuk sering membaca al-Quran, karena keduanya (puasa dan al-Quran), bisa memberi Syafaat atau pertolongan pada hari kiamat kelak (sebagaimana hadits nabi dalam kitab Qiyamullail, karya Muhammad bin Nashr al-Maruzi), Amin Ya Robbal Alamin Walhamdulillahi Robbil Alamin. (*)
Penulis adalah Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Darul’ Ulum Jombang
Email : [email protected]