Oleh : Djoko Tetuko – Pemimpin Redaksi Transparansi
Awan mendung bergelayut berlari-lari sayu dan layu di atas langit Jakarta, ketika wartawan kharismatik Jakob Oetama berpulang menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa, selamanya.
Mega mendung bergelayut memancarkan wajah sedih meneteskan air mata suci membanjir di bumi pertiwi, ketika tokoh pers tiga jaman tutup usia.
Langit tiba-tiba saja menghitam pekat, tanpa warna apalagi menyemburkan corak pelangi, ketika guru besar pers nasional meninggal dunia, meninggalkan jejak karya bersahaja, selamanya.
Langit hanya menunduk diam, mendekat bumi suci, terpaku dalam sendu malu, menatap wajah Indonesia karena belum gemuyuh, ketika wartawan sejati itu sudah menutup cerita selamanya.
Jakob Oetama, biasa dipanggil pak JO, kurang 18 hari lagi mencatat tepat usia 89 tahun, mengingatkan kelahiran sang jabang bayi mendiang di Magelang 27 September 1931 silam, kini mengakhiri masa bhakti di bumi pertiwi.
Hari ini, 9 September 2020, semua mata meneteskan air mata, menundukkan kepala, memberi rasa hormat, memanggul keranda ketika mengantar kepergian sang tokoh wartawan juga budayawan dengan khas kesenian Jawa itu.