JAKARTA (WartaTransparansi.com) –
Pemerintah mulai memonitor ketersediaan pangan menjelang bulan ramadan dan lebaran nanti. Khususnya stok-stok 11 komoditas, beserta harga dan distribusinya.
”Baik itu stok beras dari stok yang ada dan perkiraan panen di bulan April, Mei, dan Juni ini dan diperkirakan kebutuhan dan untuk menjelang lebaran untuk beras stoknya terjaga,” ujar Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto usai Rapat Terbatas melalui Konferensi Video, dikutip Jumat (3/2/2020).
Demikian pula untuk jagung masih memiliki stok yang cukup untuk sampai bulan Mei nanti. Twrmasuk untuk bawang merah, cabai besar, cabai rawit, kemudian daging ayam, telur ayam, dan minyak goreng.
”Khusus bawang putih sudah mulai diberikan persetujuan impor dan diharapkan dalam 1-2 bulan ini akan masuk dalam jumlah yang besar. Terkait dengan bawang putih, pemerintah melalui Kementan sudah sudah mengeluarkan RIPH (Rekomendasi Impor Produk Hortikultura) dan Menteri Perdagangan telah mengeluarkan izin sebanyak 157.068 ton,” ujarnya.
Artinya, menurut Airlangga, ini akan secara bertahap masuk dan diharapkan nanti menjelang Ramadan harga bisa turun sesuai dengan harga normal, dan sekali lagi Bulog akan melakukan operasi pasar di daerah-daerah tertentu, terutama bagi yang terkena dampak Virus Korona (Covid-19).
Khusus gula pasir, lanjutnya, Pemerintah sudah melakukan operasi pasar baik itu dari pengalihan dari industri dalam negeri dan Dumai sudah dialokasikan ke dalam negeri 20 ribu, kemudian dari Lampung ada 33 ribu, dan dari sektor gula untuk makanan-minuman ada 250 ribu.
”Ini didistribusikan di daerah Banten, Jabodetabek, Sumatra Utara, Banjarmasin, Samarinda, Makassar, Kaltim, Bengkulu, Jambi, Lampung, Jatim, dan seluruh wilayah lain,” katanya.
Pemerintah sudah mengalihkan dari produksi dalam negeri sebanyak 303.000 ton untuk dialihkan ke sektor konsumsi. Di samping itu, lanjut Menko Perekonomian juga ada dari pabrik yang di Dumai, kemudian pabrik yang di Lampung, dan dari 11 pabrik yang memproduksi rafinasi.
”Dengan demikian harapannya ini dalam waktu dekat, ini bisa memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Dan juga pemerintah sudah mengeluarkan izin kepada Bulog dan PT (Rajawali Nusantara Indonesia) untuk mengadakan 100.000 ton gula putih,” ujarnya.
Dengan begitu harapnya, akan mulai masuk secara bertahap ke pasar dan juga untuk diretail modern serta mini market harga operasi pasar sudah masuk di harga Rp12.500.
”Kemudian yang dilakukan oleh Bulog adalah Rp10.500 dan Satgas Pangan juga sudah memonitor posisi daripada stok. Sehingga tentu diharapkan nanti distribusinya akan lebih lancar, walaupun memang di beberapa tempat di Pasar Tradisional harga masih sekitar Rp18.000-an,” imbuhnya.
Ini yang menurut Airlangga akan dijaga sehingga jangan sampai nanti ada rembesan dari yang menjual harga Rp12.500 dijual ke pasar di tradisional dengan harga lebih tinggi.
”Nah, ini Satgas Pangan akan memonitor harga-harga gula tersebut beserta logistik ataupun stok-stok yang ada. Dari segi harga kami monitor, baik itu beras medium harga masih terjaga di Rp12.000, beras premium di Rp12.750,” jelasnya.
Menurutnya, gula pasir di toko-toko minimarket ataupun supermarket harga sekitar Rp12.500, dan memang di pasar basah masih ada harga yang Rp18.000.
Ia menyebutkan bahwa Bulog juga sudah melakukan operasi pasar dengan harga Rp10.500.
Soal harga daging sapi, masih flat Rp117.700, cabai rawit Rp43.100, cabai merah Rp32.800, bawang merah Rp41.250, bawang putih Rp45.200, minyak goreng curah Rp12.200, minyak goreng kemasan Rp14.700, daging ayam sekitar Rp31.000, dan telur ayam di Rp26.100.
”Nah, kemudian kalau kita lihat inflasi di bulan Maret masih terjaga, di mana 43 kota mengalami inflasi dan 47 kota mengalami deflasi. Dan angka inflasi Maret month to month 0,1 persen, year-on-year 2,96%. Dengan demikian tadi arahan Bapak Presiden bahwa untuk seluruh pangan ini perlu dijaga ketersediaan barangnya,” katanya.
Dari segi harga maupun jumlah, kualitas, dan tentunya distribusi logistik, ia berharap tetap berjalan sampai dengan bulan Ramadan nanti.
THR dan Industri Manufaktur
Presiden Joko Widodo, menurut Airlangga, juga membahas yang terkait dengan kesiapan sektor usaha untuk membayarkan Tunjangan Hari Raya (THR).
“Ini diingatkan kepada pihak swasta bahwa THR ini menjadi sesuatu yang berdasarkan Undang-Undang diwajibkan dan tentunya Kementerian Tenaga Kerja sudah menyiapkan hal-hal yang terkait dengan THR tersebut,” jelasnya.
Namun, Pemerintah, lanjutnya, sudah mempersiapkan dan memberikan stimulus-stimulus kepada dunia usaha antara lain dengan PPH Pasal 21 yang selama ini sudah diberikan kepada sektor pengolahan.
”Ini berdasarkan paket kemarin yang diluncurkan, yaitu melalui Perpu dan APBNP,” tambahnya.
Dukungan untuk sektor usaha ini, sambungnya, akan diperluas tidak hanya ke sektor industri manufaktur, tetapi sektor terdampak lain juga termasuk pariwisata, jasa terkait parawisata, transportasi, dan sektor-sektor yang akan segera dikoordinasikan untuk ditambahkan.
”Kemudian yang terakhir tentu suplai daripada sektor utilitas dan energi, tadi disampaikan oleh Menteri ESDM, baik itu dari segi ketenagalistrikan, bahan bakar minyak maupun elpiji siap untuk menghadapi lebaran nanti,” tandasnya. (wt)