KEDIRI – Apabila melihat sebagian masyarakat di lereng Gunung Wilis bekerja sebagai perajin bambu. Mereka, mayoritas tersebar di Kecamatan Mojo, Tarokan, dan Banyakan, dengan jumlah perajin berkisar 31 orang. Namun, keberadaa mereka yang saat ini tetap berkembang secara alami, masih menjalankan usaha secara konvensional.
Untuk para Perajin ini tersebar dibererapa lokasi diantaranya di Des Sukoanyar, Kecamatan Mojo (5 perajin), Desa Ngadi, Kecamatan Mojo (3 perajin), Desa Blimbing, Kecamatan Tarokan (18 perajin), dan Desa Mayaran, Kecamatan Banyakan (5 perajin).
Saat ini, produk mereka masih berupa cagak bangunan, gedek (sesek), tusuk sate, tompo, cikrak, dan kurungan ayam. Itupun diproduksi dalam jumlah terbatas karena keterbatasan biaya serta pemasaran. Kondisi ini, berbanding terbalik dengan ketersediaan bahan baku bambu yang cukup melimpah.
Melihat kondisi tersebut, program CSR PT Gudang Garam, Tbk, terus berkomitmen mengembangkan industri kerajinan bambu diwilayah Kediri, sekaligus merawat kelestarian alam. Untuk itu, dibutuhkan peran semua pihak, termasuk media massa dalam memberikan ruang informasi terhadap upaya ini.
” Salah satu langkah kami, melalui Media Gathering 2019. Rekan wartawan , kami ajak berkunjung ke Dusun Bambu dan Saung Angklung Udjo, di Bandung, Jawa Barat, yang berlangsung 31 Oktober-3 Nopember 2019. Tujuanya, untuk menyaksikan secara langsung pengelolaan ekowisata berbasis pelestarian lingkungan yang memberi nilai ekonomi masyarakat.” kata Ihwan Tricahyono Kabid Humas PT Gudang Garam, Tbk.