Singapore – Sebuah tempat pelatihan bagi mereka yang berkebutuhan khusus yaitu Dignity Kitchen menjadi lokasi pertama yang di singgahi delegasi pemprov Jawa Timur, dalam kunjungan kerja ke Singapore, Kamis (23/11/2018)
Rombongan pemprov ini tanpa menyertakan pejabat tinggi setingkat eselon ll, melainkan hanya pejabat eselon lV atau setingkat kasubag atau kasi. Namun begitu, tuan rumah Dignity Kitchen menyambut dengan antusias kedatangan rombongan.
Kantor Dignity Kichen berada di area mall di pusat kota, Singapura. Gedungnya juga tidak terlalu mewah. Malahan Kami sempat curiga dan bertanya pada teman anggota rombongan, tempat latihan apa ini, sebab untuk menuju ke lokasi melewati pedagang mracangan, penjual daging dan sayur sayuran di mall lantai satu. Semacam pasar Genteng lantai satu.
Begitu rombongan masuk rungan di lantai 2 yang terlihat malah bukan meeting room, atau layaknya kantor sebuah organisasi, melainkan stan penjual makanan atau warung nasi yang menjajagan beraneka ragan masakan (Pujasera).
Hampir semua jenis makanan ada disitu. Ada nasi penyetan, gado gado ada mihun dan nasi lemak (gurih). Dan minumannya layaknya warung di Surabaya. Lalu apa yang membedakan.
Yang membedakan adalah semua peralatan dapur sudah menggunakan peralatan serba teknologi canggih. Satu stan dikerjakan paling banyak dua orang. Satu orang mengantar pesanan dan satunya yang memasak.
Menurut salah satu anggota rombongan, Bukan soal makanan dan minuman yang ingin dikerjasamakan dengan pemprov Jawa Timur melainkan bagaimana bisa orang yang berkebutuhan khusus itu bisa bekerja layaknya orang normal. Pendidikan pelatihan.
Dignity Kichen telah mengentaskan ribuan orang dengan kategori berkebutuhan khusus. Mereka adalah orang-orang cacat tubuh, difabel, orang miskin, stres berat , lansia, orang terlantar bahkan mantan narapidana (napi).
Perkerjanya juga cukup banyak sesuai bidang dan levelnya. Mereka adalah pekerja mandiri. Meski berkebutuhan khusus.Tapi mampu menyiapkan dan menyajikan makanan dengan sangat baik.
“Semua yang bekerja disini orang berkebutuhan khusus. Tapi bekerja seperti orang biasa, ungkap Mr Koh Seng Choon, executive Direktor Dignity Kitchen, saat diskusi dengan delegasi Jawa Timur.
Dignity Kichen membagi dalan tiga divisi mulai dari operator, training dan event.
Dignity Kitchen setiap hari di kunjungi antara 100 sampai 250 orang yang menjadi langganan tetap dan melayani sekitar 62,000 pelanggan berkebutuhan khusus dan lanjut usia. Pelanggan itu adalah orang-orang yang berhasil disembuhkan setelah mengikuti pelatihan Dignity Kitchen ini.
Mr Koh Seng Choon mengatakan program pelatihan dilakukan setiap tahun dengan lama pelatihan enam bulan. Satu angkatan diisi 20 orang dengan batasan usia 17 tahun.
Namun untuk bisa mengikuti program pelatihan harus mengikuti beberapa tes dulu. Kalau hasil tesnya dinyatakan lulus, baru bisa dierima sebagai siswa Dignity Kitchen. Yang memdaftar mengikuti pelatihan juga ngantri baik dalam negeri Singapore sendiri, maupun luar negeri seperti Jepang, China, Taiwan, Thailand.
Mengingat peserta adalah orang yang berkebutuhan khusus, maka sistem pelatihnnya juga berbeda. Kalau peserta itu tuna wicara maka bahasa yang digunakan dengan bahasa tubuh. Mereka dilatih untuk mengetahui bahasa kita (pengunjung) bukan sebaliknya.
Dignity Kitchen adalah lembaga sosial milik pribadi. Lembaga ini dibangun mulai tahun 2012. Mr Koh Seng Choon bercerita untuk membangun harus dibutuhkan tekad dan semangat tinggi.
Mengapa ! Disini tidak ada bantaun pemerintah. Tidak ada lembaga lain yang membantu. Jadi saya betul betul mandiri. Awalnya, saya jual rumah dan dana pinjaman. Tapi semua administrasi pendirian harus mengetahui pemerintah Singapura. Termasuk kurikulumnya.
Namun tahun 2015 lembaga sosial dengan tujuan mengangkat derajat dan martabat kaum terpinggirkan itu telah menerima penghargaan dari Presiden Singapura. Dan menerima ISO 22000. Bahkan lembaga ini menjadi satu satunya di Asia.
ISO 22000 diberikan karena sudah bisa memproduksi makanan yang bebas bakteri.
Lembaga ini juga mengajak anak anak untuk belajar disini. Dan telah melahirkan banyak orang yang sukses.
Saat ini Dignity Kitchen tengah mengembangkan untuk membangun tempat khusus seluas 4000 meter.
Alumni Dignity Kitchen jumlahnya cukup banyak. Mereka sudah banyak yang sukses.
Karena selama mengikuti pelatihan tidak hanya industri makanan saja, tapi juga yang lain. Orang-orang ini harus di berikan latihan supaya bisa berinteraksi dengan masyarakat lain.
Mr Koh Seng Choon mengatakan bahwa pelatihan ini tidak ada yang dirahasiakan karena bisa dilakukan di semua negara termasuk indonesia. “Ini berbagi ilmu,” tegasnya.
Dignity Kitchen memiliki bidang usaha yaitu perpustakaan, Sukarelawan, pembelajaran, industri makanan, event. Dan ada 21 kurikulum yang disahkan oleh pemerintah Singapura.
Dalam pelatihan itu, mereka yang tidak tau hurup diajari dengan warna. Jadi disini menciptakan sistem untuk semua kebutuhan. Lembaga ini memciptakan teknologi tinggi. Bukan padat karya.
Sejauh ini pemerintah Singapura juga tidak pernah mengusik keberadaan lembaga ini. Apalagi investasi. Tidak ada.
Untuk menghidupinya, ada jasa pelayanan, jasa konsultasi, jasa jual makanan. pemerintah Jawa Timur bisa mengundang kami dengan free. Karena bukan lembaga swasta. kata Mr Koh Seng Choon.
Dia mengatakan, apakah pelatihan terhadap orang lanjut usia, cacat fisik, mantan napi atau tuna wicara bisa dilakukan atau cocok di Indonesia ? Menurut Mr Koh Seng bisa. Karena ini bisa dipelajari. ” Mereka butuh perhatian. Tidak sekedar ditampung, lalu di kasi makan,”.
Banyak orang mengira bahwa Dignity Kitchen memiliki banyak dollar dari hasil usahanya. Padahal tidak. Kami hanya mengangkat derajat dan martabat mereka. Karena produk dari Dignity Kitchen dijual dengan harga dibawah pasar alias sangat murah. Pendapatan rata rata hanya1000 dollar/bulan. (min)