Surabaya – Guna meningkatkan hasil pertanian, Pemerintah Provinsi Jatim terus melakukan langkah – langkah produktif. Salah satunya dengan mendorong pengembangan industri primer.
Dengan industri primer tersebut, para petani akan memperoleh peningkatan nilai tambah terhadap produknya.
Hal tersebut disampaikan Gubernur Jawa Timur Dr. H. Soekarwo saat menghadiri Rapat Koordinasi Program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (Bekerja) di Hotel Vasa Surabaya, Selasa (7/8) malam.
Dikatakan, di Jatim saat ini sudah tidak ada lagi gabah kering panen dijual oleh petani, melainkan sudah pada posisi minimal gabah kering giling. Bahkan, sudah ada petani yang bisa melakukan secara mandiri yang dimulai dari proses primer hingga tersier, proses bahan baku, industri hingga pemasaran.
“Terpenting saat ini adalah memfokuskan proses industri pasca panen sehingga menghasilkan nilai tambah bagi petani,” ungkapnya.
Menurutnya, pengembangan industri primer menjadi fokus, terutama pada proses industri pertanian baik secara agroindustri dan agrobisnis di tengah terbatasnya lahan.
Setiap tahun, terdapat 180 ha lahan berkurang dengan jumlah produksi yang meningkat. Artinya, teknologi pertanian yang dilakukan di daerah berjalan dengan positif, baik untuk on farm maupun off farm.
Di hadapan peserta rakornas, Pakde Karwo sapaan akrab dari Gubernur Jatim menjelaskan, Jatim telah memberikan sumbangan bagi pemenuhan kebutuhan nasional padi sebesar 17,2 %.
Dalam hal ini, pihaknya akan berupaya mencapai produksi padi hingga 13,1 juta ton atau setara dengan 8,5 juta ton beras sehingga terdapat surplus sebanyak 4,97 juta ton beras.
Dari jumlah itu, Pakde Karwo menekankan, bahwa Jatim memenuhi kebutuhan beras pada 16 provinsi. Oleh karena itu, keamanan terhadap tata niaga beras tidak hanya dilakukan oleh Bulog saja tetapi juga harus dilakukan oleh semua pihak. (ais)