NGANJUK (Wartatransparansi.com) – “Pada Haul Kanjeng Jimat Sosrokusumo pertama dulu, sempat ditulis sebagai Bupati Nganjuk kemudian secara goib, memberitahukan bahwa yang benar adalah sebagai Adipati,” kata KH Ali Mashuri Hamid, Sabtu (29/9/2024).
Mendapat sebutan atau gelar Kanjeng Jimat, kata Kiai Ali Mashuri, karena setiap ucapannya selalu menjadi kenyataan. “Jadi setiap yang diucapkan Kanjeng Jimat jadi kenyataan,” tandasnya.
Selain itu, menurut Kiai Ali Mashuri, banyak silsilah karena semua punggawa Adipati Nganjuk (Kanjeng Jimat Sosrokusumo) dianggap anak semua.
“Yang mengherankan bahwa semua punggawa , diberi kebebasan mengambil upah sendiri, tetapi tidak pernah mampu melebihi dari yang sudah ditentukan,” tutur kiai Ali Mashuri, setelah mengikuti acara Haul dan Maulid Nabi Muhammad di Masjid dan komplek makam Kanjeng Jimat, Sabtu (29/9/2024).
Ditemui di rumah yang juga Markas Majelis Dzikir Al Munawarah 2 Kacangan, Berbek, Nganjuk, kisi Ali Mashuri menjelaskan, bahwa pada saat itu juga dijelaskan, kalau Adipati itu dibawah kekuasaan Mataram. Tetapi kalau Bupati dikuasai Belanda sebagai penjajah.
Kanjeng Jimat, menurut kiai Ali Mashuri, mendapat tugas dari Kerajaan Mataram Islam ke wilayah Mataram Timur atau Toyomerah, yang sekarang Nganjuk tepatnya di Berbek.
Beliau putra dari Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Sosronegoro, dengan kakek Honggoyudho, dan Datuk Sulaiman keturunan dari Kerajaan Bima.
Kerajaan Bima di Gowa mempunyai dua putra Karaeng Nobo dan Karaeng Galesong, pada perkembangan perlawanan terhadap penjajahan Karaeng Nobo menjadi salah satu pasukan inti Pangeran Diponegoro.
Kemudian, lanjut KH Ali Mashuri Hamid, pada masa tua khalwat di Madiun, tetapi diusir karena diramalkan kalau dibiarkan keturunannya akan menguasai wilayah Madiun. Kemudian khalwat ke Sukowati Bojonegoro.
Di Bojonegoro diambil menantu penguasa Sekar Sukowati, kemudian anaknya dikawinkan dengan keturunan Raja Mataram. Dari perkawinan itu sampai ke Datuk Sulaiman hingga Kanjeng Jimat Sosrokusumo.
Karaeng Galesong sebenarnya bukan pejuang asli Malang. Namun, pemilik nama lengkap I Maninrori I Kare Tojeng Karaeng Galesong atau Raden KajoranKraeng Galengsung itu ikut membantu mengusir Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) dari Kecamatan Ngantang, hingga wafat dan dimakamkan di Ngantang.
“Jadi Kanjeng Jimat Sosrokusumo merupakan keturunan dari tiga kerajaan yang dipersatukan karena perjodohan, yaitu Kerajaan Bima di Sulawesi (Gowa), kerajaan Mojopahit dan Kerajaan Mataram, sehingga selalu melekat perjuangan bersama umat atau rakyat,” tandasnya. (*)