Surabaya – Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi per 1 Juli 2018 yang membebani masyarakat harus diberikan solusi. Salah satunya, dengan menggenjot produksi industri agro di Jatim. kata Gubernur Soekarwo di Surabaya, Rabu.
Dijelaskan, Jatim mempunyai sektor agro industri yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan dalam negeri. Optimalisasi potensi ini dipastikan membantu biaya angkut yang oleh pengusaha dibebankan kepada konsumen atau masyarakat. Dengan demikian, kenaikan bbm yang akan diikuti naiknya harga komoditas lain akan tereliminasi.
Hal semacam ini, yakni substitusi bahan baku, lanjut Pakde Karwo-sapaan akrab Gubernur Jatim ini, sudah dibicarakan saat pertemuan dengan Mendagri dan Gubernur se Indonesia di Jakarta kemarin. “Misalnya, Bangka Belitung mempunyai timah dan pala yang dibutuhkan Jatim, sedangkan Jatim memiliki beras yang dibutuhkan Bangka Belitung. Subtitusi bahan baku seperti itu, harus dilakukan agar menekan harga,”jelas Pakde Karwo.
Ditambahkan, hal tersebut merupakankeniscayaan, karena berada dalam lingkaran yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. “Ini masih saya rapatkan, apa-apa yang bisa kita tekan dari naiknya bbm agar tidak mempengaruhi daya beli. Kita cari faktor apa yang bisa ditekankan,” ujarnya.
Menurutnya, jumlah UMKM yang sangat banyak mendukung subtitusi bahan baku tsb. Apalagi, 18 juta lebih tenaga kerja berada di sektor UMKM, yang bisa memaksimalkan sektor agro industri.