Salah satu inti dari peringatan peristiwa Isra’ Mikraj Nabi Muhammad Shollallohu Alaihi Wassalam, ialah perintah melaksanakan kewajiban sholat lima waktu dalam sehari semalam dengan jumlah 17 rakaat. Dari mulai terbit fajar sampai matahari menghilang dari peredaran menerangi bumi dan langit serta seisinya.
Begitu Agung perintah dan pelaksanaan sholat, maka disebutkan bahwa sholat merupakan mikratul mukminin (sholat merupakan mikraj orang mukmin). Sehingga bukan hanya sekedar puncak dari pengabdian saat shalat sebelum mengucapkan salam. Tetapi karena salah satu rukun shalat, yaitu membaca tahiyat yang merupakan dialog perjumpaan Nabi Muhammad SAW ketika naik di sidratul muntaha (langit ketujuh) dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sebagimana riwayat yang shahih bahwa Rasulullah diisra’kan dengan jasadnya dari Al-Masjid Al-Haram menuju Baitul Maqdis dengan mengendarai Al-Buraq, ditemani oleh Jibril. Lalu singgah di sana serta menjadi imam shalat bagi para nabi. Kemudian menambat Al-Buraq pada pintu masjid. Dalam waktu sekejab, pada malam itu, Nabi Muhammad dinaikkan dari Baitul Maqdis menuju langit dunia. Malaikat Jibril dengan kuasa Allah Subahanahu wa Ta’ala, meminta agar pintu langit dibuka.
Dalam perjalanan ajaib itu Rasul Muhammad melihat Nabi Adam, bapak manusia. Iantas memberi salam kepadanya, kemudian dia menyambutnya dan membalas salam tersebut serta mengakui kenabiannya.
Allah juga menampakkan kepadanya ruh-ruh para syuhada dari sebelah kanannya dan ruh-ruh orang-orang yang sengsara dari sebelah kirinya.
Kemudian Rasul Muhammad dinaikkan lagi ke langit kedua, melihat Nabi Yahya bin Zakaria dan Isa bin Maryam, lalu menjumpai keduanya dan memberi salam. Keduanya menjawab salam tersebut dan menyambutnya serta mengakui kenabiannya. Kemudian dinaikkan lagi ke langit ketiga, kemudian melihat nabi Yusuf, lalu memberi salam kepadanya. Dia membalasnya dan menyambutnya serta mengakui kenabiannya.
Kemudian dinaikkan lagi ke langit keempat. Kemudian melihat Nabi Idris lalu memberi salam kepadanya. Dia menyambutnya dan mengakui kenabiannya. Kemudian ia dinaikkan lagi ke langit kelima. Rasul Muhammad melihat Nabi Harun bin Imran lalu memberi salam kepadanya. Dia menyambutnya dan mengakui kenabiannya.
Kemudian dinaikkan lagi ke langit keenam. Di sana bertemu dengan Nabi Musa bin Imran lalu memberi salam kepadanya. Dia menyambutnya dan mengakui kenabiannya.
Tatkala Nabi Muhammad hendak berlalu, Nabi Musa menangis.
Ketika ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?” Dia menjawab, “Aku menangis karena rupanya ada seorang yang diutus setelahku, tetapi umatnya yang masuk surga lebih banyak dari umatku.
Kemudian Nabi Muhammad dinaikkan lagi ke langit ketujuh. Di sana bertemu dengan Nabi Ibrahim lalu memberi salam kepadanya. Nabi Ibrahim menyambutnya dan mengakui kenabiannya.
Kemudian Nabi Muhammad naik ke Sidratul Muntaha, lalu dibawa naik ke Al-Bait Al-Ma’mur. Kemudian dinaikkan lagi menuju Allah Yang Maha Perkasa. Kemudian mendekat kepada-Nya hingga jaraknya tinggal sepanjang dua ujung busur atau lebih dekat lagi. Dia mewahyukan kepada hamba-Nya ini dengan wahyu, mewajibkan kepadanya lima puluh waktu shalat. Ia lalu kembali hingga melewati Nabi Musa.
Dia lalu bertanya kepadanya, “Apa yang diperintahkan kepadamu?” Ia menjawab, “Lima puluh waktu shalat.” Dia berkata, “Umatmu pasti tidak sanggup melakukan itu, kembalilah ke Rabb-mu dan mintalah keringanan untuk umatmu!” Ia menoleh ke arah Jibril seakan ingin memintakan pendapatnya dalam masalah itu. Dia mengisyaratkan persetujuannya jika memang menginginkan hal itu.
Lalu Jibril membawa Nabi Muhammad naik lagi hingga ke hadapan Allah, sedangkan Dia berada di tempatnya. Hal itu sebagaima riwayat Al-Bukhari pada sebagian jalur periwayatannya.
Lalu Allah meringankannya menjadi sepuluh waktu shalat. Kemudian ia turun hingga kembali melewati Nabi Musa lagi, lantas memberitahukan tentang tersebut kepadanya. Dia berkata kepadanya, ‘Kembalilah lagi kepada Rabb-mu.’ mengikuti saran Musa dan minta keringanan kepada Allah Azza Wa Jalla hingga akhirnya Dia menurunkannya menjadi lima waktu shalat. Musa kemudian memerintahkan agar kembali kepada Rabb dan memintakan keringanan lagi. Lalu menjawab, “Aku malu kepada Rabb-ku. Aku rela dengan hal ini dan berserah diri.”
Setelah Nabi Muhammad menjauh, datanglah suara memanggil, “Engkau telah menyetujui fardlu-Ku dan Aku telah memberikan keringanan untuk para hamba-Ku.”
Nabi Muhammad mendapat mukjizat berupa perjalanan ke langit ketujuh dalam satu malam yang disebut dengan Isra’ Mikraj. Peristiwa yang diperingati setiap tanggal 27 Rajab Hijriah ini kerap dikisahkan sebagai hadiah Allah untuk Rasul-Nya yang sedang dilanda kesedihan karena ditinggal oleh istri dan paman tercintanya
Isra’ Mikraj adalah momen dimana Nabi Muhammad SAW menerima perintah shalat lima waktu langsung dari Allah SWT. Sebagai pengingat bagi umat Islam untuk menjaga sholat lima waktu sebagai bentuk penghambaan kepada Allah SWT dan meneladani Nabi Muhammad SAW.
Satu satu rukun puncak bacaan shalat itu ialah,“Attahiyyatul mubarakatush sholawatuth-thoyyibatu lillaah. Assalamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuh.
Assalaaamu’alaina wa ‘ala ‘ibadillahish-sholihiin. Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadar rosulullah.
Allahumma sholli ‘ala muhammad wa ‘ala aali muhammad kama shollaita ‘ala ibrahim wa ‘ala aali ibrahim. Allahumma barik ‘ala muhammad wa ‘ala aali muhammad kama barokta ‘ala ibrahim wa ‘ala aali ibrahimm fil ‘alamiina innaka hamiidum majiid. Artinya: “Segala penghormatan, keberkahan, salawat dan kebaikan hanya bagi Allah.
Semoga salam sejahtera selalu tercurahkan kepadamu wahai nabi, demikian pula rahmat Allah dan berkah-Nya dan semoga salam sejahtera selalu tercurah kepada kami dan hamba-hamba Allah yang saleh.
Aku bersaksi bahwa tiada tuhan kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad.
Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana engkau telah memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Ya Allah, berilah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana engkau telah memberikan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Demi alam semesta, sesungguhnya engkau maha terpuji lagi maha mulia.”
Bacaan rukun itu dikisahkan sebagai dialog ketika Nabi Muhammad bertemu Allah Suhbahnu wa Ta’ala, sehingga hal itu dikuatkan sebagai penguatan bagi orang mukmin. Dimana shalat sebagai mi’rojul mukminin. Karena awal dialog mikraj dan hal itu dirukunkan pada puncak bacaan sholat.
Allaahumma innii a’uudzubika min ‘adzaabi jahannama wamin ‘adzaabil qabri wamin fitnatil mahyaa wamamaati wamin fitnatil masiihid dajjal)
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa jahanam dan siksa kubur serta dari fitnah kehidupan dan kematian dan dari kejahatan fitnahnya dajal.” Ya muqollibal quluub tsabbit qolbi ‘alaa diinik. Artinya: “Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”
Hadits di atas memiliki makna bahwa Allah SWT berkehendak dalam membolak-balikkan hamba-Nya. Di sisi lain, setiap hamba sangat membutuhkan keteguhan kepada Allah SWT.
Kekokohan ini dibutuhkan baik dalam urusan dunia maupun akhirat.
Sebuah pengabdian dan perwujudan penghambaan sekaligus pengabdian kepada Ilahi Robbi, dengan harapan kekokohan hati (tentu dalam iman dan Islam sebagai peningkatan ketakwaan).
Bagi umat Islam pada tahun politik dan tetap berprestasi dalam bekerja menjaga profesi atau pekerjaan apa saja. Senantiasa dikuatkan hati orang mukmin dengan tetap menjadi penjaga hati dengan setia sesuai sumpah awal ketika ruh ditiupkan. “Alastu birabbikum qaaluu balaa syahidnaa” (“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.”
Perwujudan dalam perpolitik dan profesi atau pekerjaan apa saja? Maka menjaga keteguhan hati dan ketetapan hati selalu mengabdi kepada Ilahi Robbi, selalu menjadi manusia yang baik yang bermanfaat bagi sesama umat.
Dengan bacaan rukun shalat paling puncak itulah, akan menuntun umat Islam yang mukmin dengan menjaga hati, memelihara hati senantiasa bersih dan suci, supaya kuat dalam bekerja, berpolitik dan berprofesi secara profesional dalam berbagai aktifitas. InsyaAllah. (*)