Lebih jauh, ia berharap pendekatan sederhana namun berdampak besar ini dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk berinovasi dan membangun kemandirian ekonomi dari potensi yang ada di sekitar. “Sehingga dengan adanya hal tersebut dapat membangun ekonomi kemandirian warga,” tuturnya penuh harap.
Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bojonegoro, Zainal Fanani, menambahkan bahwa Kecamatan Malo memiliki potensi besar dalam pengembangan buah-buahan premium. Ia menjelaskan, saat ini tengah dikembangkan tiga varietas unggulan: Sweethami dari Belanda, Fujisawa dari Jepang, dan Etanon, yang semuanya tergolong melon premium bernilai jual tinggi.
“Semoga para petani lain dapat terinspirasi untuk belajar pengembangan buah melon yang ada di Malo ini,” imbuhnya.
Suryanto, Ketua Yayasan Kabel Wahid Indonesia, menyambut baik dukungan dari pemerintah daerah. Ia berharap kunjungan ini dapat mendorong semangat masyarakat, khususnya generasi muda, untuk turut serta dalam pengembangan pertanian yang inovatif.
“Agar para pemuda ikut tergugah dan bersemangat belajar pengembangan buah melon, yang nantinya akan menambah tempat wisata dalam kegiatan Medhayoh Bojonegoro,” pungkasnya.
Dengan semangat gotong royong dan inovasi, Kabupaten Bojonegoro menunjukkan bahwa kemandirian masyarakat bisa tumbuh dari desa dengan ide sederhana, namun berdampak besar untuk masa depan.(*)