“Saat ini yang di perkotaan, mereka lebih sibuk pergi weekend sama teman-teman sekolahnya bukan sama tetangga, jangan-jangan mau jadi panitia 17-an saja mereka tidak mau, sedangkan itu penting itu membangun empati,” imbuhnya.
Oleh sebab itu Ia menegaskan bahwa membangun human capital harus terus diikhtiarkan bersama karena human capital sendiri merupakan modal terbesar dari modal itu sendiri. Ia berharap sekolah mengembangkan dua hal yang berkaitan dengan pembangunan human capital.
“Bagaimana meningkatkan kompetensi di sekolah baik secara fisik di dalam sekolah maupun di luar pagar sekolah, kedua bagaimana membangun sebuah ekosistem yang bersinergi dengan pembelajaran untuk membangun manusia atau modal manusia yang lengkap,” katanya.
Sementara itu Ketua Pembina YDSF Prof. Muhammad Nuh, DEA menyampaikan pentingnya setiap orang terus menjalankan perannya sebagai pembelajar karena menurutnya pendidikan akan terus berkembang dan menuntut setiap orang untuk terus belajar. Ia berpesan agar bisa memaksimalkan belajar maka harus mampu melepaskan egosentris, status sosial dan gelarnya.
“Siapa saja yang tidak mau belajar maka akan selesai, dan wilayah belajar jangan hanya logical thinking tetapi masuk ke wilayah wisdom,” katanya.
“Insyaallah kita semua adalah para pembelajar sejati, dan insyaallah kita semua orientasinya gimana caranya kita memberikan manfaat sebesar-besarnya,” tutupnya. (*)