TNI Bantah Korban Pembunuhan Di Wilayah Yahukimo Bukan TNI 

TNI Bantah Korban Pembunuhan Di Wilayah Yahukimo Bukan TNI 

MADIUN (WartaTransparansi.com) – Sayap militer Organisasi Papua Merdeka (OPM), Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), kembali mengklaim telah membunuh sebanyak 6 anggota TNI, pada Rabu (09/04/2025) antara pukul 12.00 hingga 15.00 waktu Papua.

Para korban, yang disebut TPNPB-OPM sebagai anggota TNI yang menyamar menjadi pendulang emas tradisional, itu mengalami luka bacok di area leher, kepala, perut, tangan dan kaki. Para korban tergeletak di bebatuan sungai di dua titik di wilayah Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan, yakni Kali Merah, Korowai dan Kali Kabur, Korowai.

Pernyataan itu disampaikan Jubir TPNPB-OPM, Sebby Sambom, melalui Siaran Pers yang diterima jurnalis, Kamis dini hari (10/04/2025) pukul 00.56. TPNPB-OPM, menurut Sambom, sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kejadian itu bahkan hingga ke tingkat internasional.

Dalam Press Release sebelumnya, di wilayah kabupaten yang sama, organisasi separatisme itu mengklaim telah membunuh 11 anggota TNI, yang oleh OPM juga disebut sebagai mata-mata menjadi pendulang emas tradisional. Ke-sebelas korban tewas itu sebagai incaran TPNPB-OPM, yang melakukan operasi yang berlangsung sejak tanggal 6 sampai 8 April 2025.

“Berulangkali kami menyampaikan, agar warga sipil di wilayah Papua segera kembali ke Indonesia. Jika tidak mengindahkan himbauan kami, maka kami beranggapan bahwa siapa pun yang berada di wilayah kami, kami nyatakan sebagai Indonesian Security Forces, pasukan keamanan Indonesia. Mereka bisa menyamar sebagai pendulang emas, kuli bangunan, tukang ojek, tukang bakso, pedagang, PNS maupun lainnya,” sebut Sambom dalam wawancara tertulis dengan jurnalis, Kamis (10/04/2025).

Dijelaskan Sambom, dari 6 anggota TNI yang dibunuh pada Rabu (09/04/2025), seorang diantaranya dieksekusi di Kali Merah, Korowai, Yahukimo. Sedangkan sisanya dihabisi di area Kali Kabur di wilayah administrasi yang sama. Pembunuhan ke enam korban tewas itu, kata Sambom, di bawah pimpinan Mayor TPNPB-OPM Yosua Sobolim, Komandan TPNPB-OPM Kodap XVI Yahukimo dan Mayor TPNPB-OPM Kempes Matuan, Komandan Operasi Batalyon Sisibia.

“Dalam kaitan ini, jika aparat militer Pemerintah Indonesia (TNI) mau kejar kami, silahkan datang ke Kota Dekai. Kami ada di kota tersebut, dan sedang melakukan misi operasi di wilayah kami,” tantang Simbom.

Terkait jenis kelamin dan kondisi para korban pembantaian TPNPB-OPM, Sambom menyatakan, semua korban berjenis kelamin laki-laki. Menurutnya, pada umumnya mereka adalah militer atau mata-mata militer Indonesia yang menyamar sebagai pendulang emas tradisional.

Sedangkan kondisi jasad para korban, menurut Sambom, masih berada dan tergeletak di lokasi masing-masing. Upaya evakuasi, sambungnya, dimungkinkan akan dilakukan Pemerintah Indonesia. Dan saat ini militer dan polisi Indonesia masih dalam perjalanan (menuju lokasi untuk mengevakuasinya).

“Semua korban berjenis kelamin laki-laki. Saat ini militer dan polisi Indonesia masih dalam perjalanan (menuju lokasi untuk mengevakuasinya),” kata Sambom.

Mengutip seputarpapua.com edisi Rabu (09/04/2025), menanggapi 11 korban yang dibunuh OPM periode tanggal 06 sampai 08 April 2025, Dandim 1715 Yahukimo, Letkol (Inf) Tommy Yudistyo, menegaskan para korban pembantaian oleh OPM adalah warga sipil yang bekerja sebagai pendulang emas tradisional.

“Informasi tersebut tentang adanya pembunuhan adalah benar. Dan berita yang menyatakan bahwa pekerja tambang tersebut adalah TNI tidaklah benar alias HOAX. Semua korban adalah pendulang,” tegas Letkol (Inf) Tommy Yudistyo.

Diterangkan lebih lanjut, sejauh ini ada sekitar 11 orang yang dilaporkan meninggal dunia usai dibunuh OPM di lokasi 99, Kampung Yasip, Distrik Seradala, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan sejak 6 April.

Sementara, Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (Kabais), Laksda TNI (Purn) Soleman B. Ponto, ST., SH., MH., yang dihubungi jurnalis dengan metode tertulis, membenarkan penegasan yang disampaikan Letkol (Inf) Tommy Yudistyo, Dandim 1715 Yahukimo, bahwa para korban bukan anggota TNI.

“Yang jelas tidak mungkin Dandim 1715 Yahukimo, Letkol (Inf) Tommy Yudistyo  itu bohong. (Pasti punya data detil anggota TNI di wilayahnya),” tegas Soleman Ponto.

Soleman Ponto berpendapat, pemerintah kurang tepat kalau menetapkan status TPNPB-OPM sebagai kelompok kriminal bersenjata. Lantaran, orientasi mereka bukan merampok, mencuri  menipu, membunuh dan tindak kriminal lainnya yang bertujuan untuk menguasai harta benda. Melainkan, mereka memiliki semangat separatisme, mendirikan negara sendiri dan memisahkan diri dari NKRI.

“Menurut negara mereka itu kan kriminal. Menurut saya, negara harus berani menetapkan, bahwa mereka adalah pemberontak bersenjata. Jadi, pemberontak bukan sekedar separatisme,” terang Soleman Ponto.

Soleman Ponto berpandangan, menuntaskan se tuntas-tuntasnya persoalan TPNPB-OPM hanya bisa ditempuh dengan satu cara, yakni operasi militer. Sebab, kalkulasinya, penyelesaian dengan cara berunding dengan OPM tidak akan efektif, lantaran di lingkup OPM sendiri terdapat banyak faksi. (fin)