Ahmed menceritakan kalau saking kagumnya dengan tradisi Seblang, dia sampai mencoba ikut menari dengan penari Seblang, tapi ternyata dia ditolak. Pada Seblang Olehsari memang terdapat ritual “Tundik” atau menari bersama penari Seblang. Tundik dilakukan saat penari Seblang membawa sampur atau selendang untuk mengajak penonton menari bersama.
Selendang itu kemudian dilempar ke arah penonton, yang mendapatkan selendang itu kemudian wajib naik ke atas panggung untuk menari bersama Seblang.
“Saya tidak dapat selendang itu, tapi saya ingin merasakan pengalaman yang baru menari bersama Seblang, makanya saya langsung naik tapi ternyata tidak boleh. Saya minta maaf karena tidak tahu aturannya, sepertinya tahun depan saya akan kembali lagi,” ujar Ahmed.
Sementara itu Muhammad Aqil Al Munawwar, seorang pengunjung asal Kendari, Sulawesi Tenggara, mengungkapkan kekagumannya terhadap ritual ini.
“Saat pertama kali melihat Seblang memasuki lokasi, saya langsung merinding. Ketika tariannya dimulai, saya merasa ini sangat sakral. Saya harap tradisi ini terus dilestarikan,” kata Aqil.
Kepala Desa Olehsari, Joko Mukhlis, mengungkapkan rasa syukur atas kelancaran pelaksanaan ritual Seblang tahun ini., dikutip dari website Pemkab Banyuwangi
Ditambahkan dia, ritual ini digelar sebagai upaya bersih desa untuk menghindarkan desa dari marabahaya dan wabah penyakit (tolak bala).
“Saya sangat bersyukur ritual adat Seblang Olehsari tahun ini berlangsung lancar tanpa kendala. Ritual sakral ini dapat disaksikan oleh masyarakat luas, baik dari warga lokal maupun luar daerah. Kami berharap generasi muda di Olehsari terus menjaga dan melestarikan warisan leluhur ini,” ujar Joko. (yin)