Opini  

Hikmah Ramadan, Mampu Mengendalikan Syahwat dan Peduli Sesama

Hikmah Ramadan, Mampu Mengendalikan Syahwat dan Peduli Sesama

Sekali lagi, Allah dan Baginda Rasulullah SAW sangat sayang kepada kita. Hikmah dan anjuran puasa Sunnah di bulan Syawal, mengajak kita untuk tidak berpuas diri, berharap mampu menjaga kontinuitas, keistiqomahan beramal. Hal yang khusus, bahwa puasa itu sehat karena mampu mengendalikan diri, yaitu tidak mengumbar syahwat makan.

Di penghujung narasi Al Faqir, ingat dengan kisah Khalifah Umar bin Khattab. Usai salat Idul Fitri, beliau melihat seorang sahabat Nabi duduk termenung di sudut masjid. Matanya sembab, wajahnya penuh kesedihan. Umar pun mendekatinya dan bertanya, “Wahai saudaraku, mengapa engkau terlihat begitu bersedih? Bukankah ini hari kemenangan?”

Sahabat itu mengangkat wajahnya, menatap Umar dengan mata yang berkaca-kaca, lalu berkata, “Bagaimana mungkin aku bergembira, sementara Ramadan telah pergi? Aku takut amal ibadahku tidak diterima. Aku takut aku tidak akan diberi kesempatan bertemu dengannya lagi tahun depan.”

Mendengar hal itu, Umar terdiam. Ia paham betul perasaan sahabatnya. Ramadan adalah bulan penuh rahmat, ampunan dan keberkahan adanya Lailatul Qadar. Kepergiannya memang meninggalkan duka bagi mereka yang mencintainya.

Kemudian Umar berkata, “Wahai saudaraku, janganlah bersedih terlalu lama. Yang lebih penting dari kesedihan ini adalah menjaga kebaikan yang telah kita bangun di bulan Ramadan. Jika kita tetap istiqamah, seolah-olah Ramadan tidak pernah pergi dari hati kita.”

Sahabat itu mengangguk perlahan. Air matanya jatuh, bukan hanya karena sedih kehilangan Ramadan, tetapi juga karena sadar bahwa yang terpenting bukanlah meratapi kepergiannya, melainkan menjaga semangatnya dalam kehidupan sehari-hari.

Semoga kita termasuk hambaNya dan umat Baginda Rasulullah SAW yang rindu Ramadan. Mampu mempertahankan di 11 bulan di luar Ramadan. Menjadi hamba yang loman, tidak gampang marah, mampu mengendalikan diri, memiliki jiwa pemaaf, terutama mohon ridlo orangtua, guru dan menjaga persaudaraan. Dengan RidloNya, di akhir hayat ditakdirkan Husnul Khatimah. Aamiin ya mujibassailiin. Wallahu a’lam bish-showab. (*)