Satu Abad Jam’iyah Ishlahhusysyubban, dari Pra Kemerdekaan Menuju Penguatan dan Pemantaban Ibadah

Satu Abad Jam’iyah Ishlahhusysyubban, dari Pra Kemerdekaan Menuju Penguatan dan Pemantaban Ibadah

SIDOARJO (WartaTransparansi.com) – “Jam’iyah Islahhusysubban sampai hari kiamat”, kalimat dalam bahasa Arab itu selalu mengakhiri setelah selesai mahalul qiyam. Alhamdulillah perkumpulan silaturrahmi pemuda itu, sudah berjuang selama 100 tahun atau satu abad.

Sebagaimana firman Allah SWT, “Innallaha wa malaikatahu yusholluna alan nabi ya ayyuhalladzina amanu shollu alaihi” (artinya) “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya”.

Ayat cuplikan dari surat Al-Ahzab ayat 56. Mengandung tafsir bahwa : Allah menyanjung Nabi di hadapan para malaikat yang dekat kepada-Nya.
Para malaikat juga menyanjung Nabi dan mendoakannya.

Wahai orang-orang yang membenarkan Allah dan RasulNya serta melaksanakan SyariatNya, bersholawat kepada Nabi dan mengucapkanlah salam dengan sebenar-benarnya sebagai penghormatan dan pengagungan. Maka kekuatan sholawat itu akan mewarnai keselamatan dan kesuksesan hidup di dunia dan akhirat.

Satu Abad Jam’iyah Ishlahhusysyubban, dari Pra Kemerdekaan ketika 20 tahun sebelum Indonesia merdeka, sepanjang pengabdian dengan membaca sholawat berharap menuju kehidupan lebih kuat dan lebih mantab dalam beribadah.

Bacaan sholawat yang sesuai hadits shahih adalah “Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad, kama shallaita ‘ala aali Ibrahim, wa baarik ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad, kama baarakta ‘ala aali Ibrahim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid”.
Sholawat ini merupakan salah satu sholawat yang diajarkan Rasulullah SAW. Sholawat ini disebut juga sebagai sholawat ibrahimiyah.

Membaca sholawat 1000 kali memiliki banyak keutamaan, di antaranya:
1. Mendapatkan rahmat Allah SWT yang berlipat ganda
2. Mendapatkan pengampunan dosa
3. Meningkatkan derajat di sisi Allah SWT
4. Terlindung dari kesulitan dunia dan akhirat
5. Mendapatkan kemudahan dalam urusan dunia
6. Mendapatkan kabar gembira masuk surga

Beberapa Hadits tentang bacaan sholawat menegaskan;

“Barangsiapa bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali” (HR. Muslim)

“Barangsiapa bershalawat kepadaku, Allah akan menghapuskan kesalahannya dan mengangkat derajatnya” (HR. An-Nasa’i)

“Orang yang paling berhak mendapat syafaatku kelak di hari kiamat adalah orang yang paling banyak membaca shalawat untukku” (HR Tirmidzi)

Membaca sholawat merupakan bentuk ketakwaan dan sarana mendekatkan diri kepada Allah.

“Perbanyaklah kalian untuk bershalawat kepadaku di hari Jumat dan Malam Jumat” (HR Imam Baihaqi).

“Barang siapa yang banyak bershalawat kepadaku di hari Jumat, maka dosanya akan diampuni antara dua Jumat” (HR. Baihaqi).

“Orang yang paling kikir yaitu bila namaku disebut di dekatnya ia tidak mau mengucapkan sholawat kepadaku” (HR Nasai).

Bersholawat, berarti jika datang dari Allah SWT sebagai pemberian rahmat, jika dari malaikat berarti memintakan ampunan, dan jika dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat.

Termasuk bagaimana cara anak meminta maaf kepada ayah atau ibu yang telah meninggal
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Rasulullah Membalas Keburukan dengan Senyum dan Kebaikan
Shalawat memiliki banyak keutamaan yang akan didapat oleh orang-orang yang mengamalkannya.

Semangat mengumandangkan bacaan sholawat seantero jagad dengan harapan mendapat kemudahan dalam beribadah, dan syafaat dari Rasulullah dengan ijin Alloh Subhanahu wa Ta’ala, para pemuda membuat perkumpulan sangat bermanfaat dan berdayaguna luar biasa, membekali pemuda pada masa Indonesia masih 20 tahun lagi (menemukan takdir) memproklamirkan kemerdekaan.

Kiai Siddiq, Haji Nur, dan Kiai Ismail, serta sejumlah ustad, kiai, serta pemuda masa itu, dengan jumlah sangat terbatas mendeklarasikan “Jam’iyah Ishlahhusysyubban” sebagai perkumpulan membaca sholawat diba’.

Dari sinilah pembacaan sholawat dari Desa Celep Kecamatan Sidoarjo Kawedanan Sidoarjo wilayah Sidoarjo, kini sudah 100 tahun silam (Kamis, 12 Februari 1925 M / 18 Rajab 1343 H) para pemuda muslim mendeklarasikan sebuah perkumpulan pemuda bernama Jam’iyah Islahusy syubban (pertemuan perkumpulan pemuda).

Hal itu sesuai dengan prasasti bencet langgar wakof Celep Utara tertulis bulan Februari 2025. Sebagaimana diketahui, jam bencet bekerja dengan cara menghitung waktu saat matahari menempati posisi tertentu. Ini yang dipakai sebagai penunjuk waktu shalat. Sejak adanya jam analog, penggunaan jam bencet mulai ditinggalkan.

Desa Celep dengan tiga makam Syach Maulana Ahmad bin Muhammad Al Maghroby. Putra dari
Maulana Muhammad Al-Maghribi, atau yang dikenal sebagai Syekh Maghribi (1321-1465) salah satu walisongo. Nama Beliau juga tercatat sebagai Anggota Dewan Walisongo Senior (Angkatan Pertama).

Ada pula makam Ki Ageng Reso dikenal dengan nama Mbah Jagung (satu angkatan dengan Syech Maulana Ahmad beda tugas dalam mengemban amanah berdakwah), dan Mbah Mulyo (sekitar abad 17, dengan sebutan Mbah Kluntung, ulama dengan keistimewaan hafal Al Qur’an yang sangat karomah).

13 Februari 2025 M bertepatan dengan 14 Rajab 1446 H, adalah hari peringatan 100 tahun atau Satu Abad “Jam’iyah Ishlahhusysyubban”, selanjutnya setiap generasi pemuda di Desa Celep, melanjutkan dengan semangat tidak pernah menyerah dan pasrah, terus melanjutkan sesuai dengan salah satu syair pada saat menjelang mahalul qiyam “Bahwa Jam’iyah Ishlahhusysyubban bertahan sampai hari kiamat”.

Sebagaimana diketahui mahalul qiyam adalah tradisi berdiri saat membaca sholawat dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Mahalul qiyam juga dikenal dengan sebutan sholawat Ya Nabi Salam ‘Alaika.

Arti mahalul qiyam
Mahalul qiyam berarti berdiri di tempat
Mahalul qiyam merupakan bentuk penghormatan dan rasa syukur umat Islam atas kelahiran Rasulullah.
Mahalul qiyam merupakan bagian dari pembacaan maulid.
Mahalul qiyam juga dilakukan saat pembacaan kitab maulid lain seperti maulid Ad-Dhiba, maulid Simtuddhurar, dan lainnya.

Tata cara mahalul qiyam
Sholawat dibaca dalam posisi berdiri setelah sebelumnya duduk dan membaca Kitab Barzanji atau Kitab Rawi. Lirik Mahalul Qiyam dibaca oleh pemimpin dalam majelis dan diikuti oleh seluruh jamaah. Kebiasaan ini dilakukan sebagai bentuk akhlak penghormatan untuk Nabi Muhammad SAW.

Hukum berdiri saat mahalul qiyam
Hukum berdiri ketika mendengar nama Nabi Muhammad SAW adalah sunnah, bukan wajib.

Sejarah Sholawat Diba

Sholawat Diba atau Maulid Diba’i disusun pada tahun 866 H (1461 M). Pengarangnya adalah Al-Imam Wajihuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Umar bin Ali bin Yusuf bin Ahmad bin Umar Ad-Diba’i Asy-Syaibani. Beliau juga dikenal dengan sebutan Ibnud Diba’.

Maulid Diba’i adalah kumpulan sholawat yang berisi pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Sholawat ini juga menceritakan perjalanan hidup Rasulullah SAW. Selain itu, dalam kitab Maulid Diba’i juga dimasukkan hadits dan beberapa ayat Al-Quran.

Maulid Diba’i sering dibaca ketika peringatan Maulid Nabi SAW. Pembacaan Diba’ atau biasa disebut diba’an juga dilakukan saat hajatan kelahiran anak, pernikahan, khitanan, tingkeban, ketika menghadapi kesulitan dan musibah, atau untuk memenuhi nazar.

Ibnud Diba’ adalah seorang ulama hadits yang terkenal dan produktif dalam menulis. Beliau mengajar kitab Shahih Al-Bukhari lebih dari 100 kali khatam

Maulid Diba adalah bacaan maulid yang berisi syair-syair pujian serta sanjungan kepada Nabi Muhammad SAW. Pengarangnya bernama lengkap Abdurrahman bin Ali bin Muhammad bin Umar ad-Diba’i asy-Syaibani atau yang akrab disapa Ibnu Diba.

Sebuah usai sangat paripurna perkumpulan sederhana dengan membaca sholawat telah mencapai masa “satu abad”. Jam’iyah Islahhusysyubban sesuai doa dan harapan bersama bertahan sampai hari kiamat.

Salah satu terobosan paling spektakuler, ketika Desa Celep sebagai wilayah perkotaan mulai sulit memupuk generasi mengaji, maka dibuatkan lembaga bernama “Rebelta” (Remaja Belasan Tahun) tempat mengaji remaja yang sudah tertinggal karena tidak mengaji. Dan Jam’iyah Diba memberi pelajaran secara rutin belajar pidato, juga belajar pemandu acara.

Kegiatan itu pasang surut tetapi selalu membuahkan hasil generasi terlatih dan terdidik dari Jam’iyah Islahhusysyubban. Sehingga tidak sekedar keajaiban membaca sholawat untuk ibadah semata, tetapi juga keajaiban memberi bekal kelilmuan nyata sebagai modal memperkuat dan memantabkan ibadah. (djoko tetuko)