Sampai di Masjidil Aqsha, Rasulullah SAW bersama Malaikat Jibril berlanjut menaiki Buraq (hewan berbulu putih, berbadan panjang, dan memiliki kecepatan seperti kilat) menuju Sidratul Muntaha. Sebelum tiba di langit ketujuh, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan nabi-nabi sebelumnya di berbagai lapisan langit, dari langit pertama hingga langit keenam.
Di langit ketujuh, Rasulullah SAW bertemu Allah SWT dan menerima perintah untuk mendirikan salat sebanyak lima waktu dalam sehari. Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga diperlihatkan tentang kehidupan di surga dan neraka oleh Allah SWT.
Lantas bagaimana kita mampu menjemput Mukjizat Salat sebagai benteng menghadapi tantangan dunia dan beruntung di kehidupan yang kekal abadi?
Jangan tinggalkan perintah salat lima waktu. Ini merupakan pondasi bagi setiap muslim. Mengapa? Karena Allah SWT dan Baginda Rasulullah SAW telah menggaransi, siapa yang amal salat diterima maka otomatis diluluskan amal ibadah lainnya. Sebaliknya, jika amal salat tertolak, maka ikut tertolak yang lainnya. Apalagi, salat mampu mencegah perbuatan fasih dan mungkar.
Menanamkan keyakinan dan keimanan, bahwa Allah SWT pasti mengumpulkan seluruh makhluk, khususnya manusia untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Sehingga Allah Sang Maha Pencipta menunjukkan surga dan neraka. Inilah simbol dari ketaatan atau kemungkaran.
Perwujudan hamba yang bertakwa, yaitu menjalankan segala perintah dan menjauhi segala laranganNya, bagian tidak terpisahkan untuk mempertegas jika kehidupan merupakan problem solving yang harus dicari solusi, jalan keluar. Dengan permohonan doa: “Allahumma’jukna maqroja”, tetap memohon kepada Allah kebarokahan dan jalan keluarnya. Selamat menjemput Mukjizat Salat di era Generasi Alpha. Apapun kegiatan dan profesi anda, jika ingin sukses, dirikan salat tepat waktu dengan khusuk dan sabar. Wallahu a’lam bish-showab. (*)