Oleh Wina Armada Sukardi
Pengusiran juara UFC tak terkalahkan Khabib Nurmagomedov dari pesawat Frontier Airlines, bukan perkara sepele. Peristiwa ini dapat berdampak besar dan luas sekaligus dapat pula menambah sentimen dunia muslim terhadap Amerika Serikat.
Selama ini Amerika Serikat sudah terkenal berlagak “sok” jadi kampiun hak-hak asasi manusia, padahal nyatanya dengan adanya peristiwa ini terbukti sampai kini pun mereka masih bersikap diskriminatif, rasialis dan congkak. Kasus pengusiran terhadap legenda UFC Khabib Nurmagomedov dari pesawat Frontier Airlines saat berada di Bandara Internasional Harry Reid, Las Vegas, menjadi salah satu bukti terbaru. Perusahaan pesawat itu bukan saja sudah melakukan diskriminasi dan rasialis, tetapi juga sekaligus pelecehan dan penghinaan terhadap kemanusiaan.
Betapa tidak, tapi alasan yang jelas, Khabib “dipindahkan” dan “diusir” dari pesawat Frontier Airlines. Karena, ada seorang penumpang yang “merasa tidak nyaman” dengan tempat duduk Khatib tepat di depan pintu darurat. Tak jelas kenapa penumpang tersebut “merasa tidak nyaman,” terhadap Khatib, dan lebih mendasar lagi: apa benar ada penumpang yang mengeluh seperti itu? Atau ini cuma siasat bohong saja untuk “mengusir” Khatib?
Sejak awal seorang pramugari yang sudah rasialis dan diskriminatif, terus melontarkan kata-kata kasar kepada Khatib. Jelas, dia sendiri sudah merasa tidak nyaman dan tidak senang terhadap orang dengan profil seperti Khatib. Apa salahnya Khatib? Apakah karena namanya yang “berbau” Islam, atau menampilan yang berjambang dan berjenggot, atau mungkin dia melihat tampilan Khatib sebagai orang muslim, sehingga manusia seperti itu patut dicurigaai dan bahkan dibenci? Apakah alasan ini pula yang membuat ada penumpang (kalau benar) “merasa tidak nyaman” terhadap Khatib? Dan hebatnya petugas terkait di sana mendukung “pengusiran” Khatib. Kita pun boleh menyindir “peradaban macam apa itu?” Mana kesadaran menghargai dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia yang selama ini digembar-gemborkan?
Bukan Perkara Sepele
Kasus ini bukan perkara sepele. Bukan soal rasial dan diskriminasi kepada seorang penumpang saja. Perkara ini jauh lebih besar dari itu. Kenapa? Khatib adalah seorang juara UFC tak terkalahkan. Dia juga memegang sabuk juga UFC terlama. Tentu dia bukan orang sembarangan. Prestasi dan statusnya jelas membuktikan Khatib punya kemampuan luar biasa. Dia punya kemampuan yang dapat diandalkan untuk menangani masalah pintu darurat.
Dan dia sudah menjelaskan soal itu ke pramugarinya dalam bahasa Ingris yang jelas. Hanya saja pramugari dan crew Frontier Airlines yang sejak awal sudah punya sikap curiga tanpa dasar, telah menghina dan melecehkan kemampuan dan kehebatan Khatib, dengan tetap menilai Khatib merupakan penumpang yang tidak mampu mengatasi soal pintu darurat. Bukankah ini penghinaan yang luar biasa besar terhadap seorang juara dunia UFC tak terkalahkan? Bukan dengan begitu Khatib telah direndahkan sebagai “manusia bodoh” yang tidak dapat untuk mengatur pintu darurat? Bukankah ini pelecehan terhadap kemanusiaan manusia super, sehingga pramugari dan crew perusahaan penerbangan Frontier Airlines harus tetap memintanya pindah dan “mengusirnya” dari pesawat.
Ini juga bukan terbatas sekedar hubungan diskriminasi dan rasial antara seorang penumpang dengan maskapai penerbangan Frontier Airlines berbasis dan berbadan hukum Amerika Serikat, melainkan juga soal perkara bangsa Amerika dengan bangsa-bangsa lain, khusus bangsa dengan penduduk yang mayoritasnya muslim.
Bangsa Amerika selama ini selalu menempatkan diri sebagai “Raja hak asasi manusia” dan karenanya hampir selalu mengajarkan bagaimana seharusnya sebuah bangsa menghormati dan menegakkan hak-hak asasi manusia. Kini lewat peristiwa pramugrasi dan crew Frontier Airlines ini telah menampar kebanggaan Amerika.
Mereka telah berlaku rasialis dan diskriminatif terhadap Khatib yang merupakan kebanggan para pengemar UFC, khsususnya bangsa yang mayoritas muslim.
Memang kehebatan olah raga, termasuk di arena UFC, tak mengenal perbedaan penganut agama. Hebat ya hebat, tak mengenal dari agama apapun.
Dalam olah raga yang dihornati adalah prestasinya, bukan agama. Muhammad Ali atau Mike Tayson dihormati bukan lantaran mereka muslim, tapi memang lantaran kedashyatannya di atas ring. Pele dan Messi, dipuja bukan karena mereka nasrani, tetapo karena memang memiliki kehebatan mengolah bola. Punya visi luar biasa di lapangan bola. Tak ada kaitannya antara agama dengan olah raga.
Kendati begitu, secara sosiologis global, tak dapat dinafikan ada unsur kebanggaan pada bangsa-bangsa yang mayoritas muslim kepada prestasi Khatib sebagai penganut muslim. Pengusiran Khatib dengan begitu menjadi pertunjukan sikap terbuka dari representatif bangsa Amerika melakukan pelanggaran hak-hak asasi manusia. Peristiwa ini mencoreng wajah Amerika sendiri.
Tak heran maskapai Frontier Airlines mendapatkan sorotan tajam di media sosial, setelah viral insiden Khabib tersebut.
Dari penelisikkan, rupanya perusahaan penerbangan Frontier Airlines memang bukan perusahaan maskapai yang memiliki reputasi baik. Sebaliknya perusahaan ini punya citra yang buruk. Selain neraca keuangannya yang “pas-pasan “ saja, dikutip dari NBC News, Frontier Airlines ternyata jadi maskapai Amerika Serikat (AS) yang paling banyak dikomplain oleh penumpang pada tahun 2022. Berdasarkan data Biro Statistik Transportasi AS yang dikutip NBC News, maskapai yang berbasis di Denver itu menerima lebih dari 20 keluhan untuk setiap 100.000 penumpang yang menaiki pesawatnya.
Sementara dikutip dari Forbes, Frontier Airlines juga jadi jawara maskapai Amerika Serikat (AS) paling banyak dikomplain oleh penumpang pada tahun 2023. Perusahaan ini tak tanggung-tanggung mendapatkan 32,99 keluhan per 100.000 penumpang.
Harus Transparan
Pihak Frontier Airlines sudah mengetahui insiden ini. Mereka berjanji bakal melakukan penyelidikan. Nah, kita tunggu saja, apakah penyelidikan itu sekedar basa-basi, atau memang serius. Jika memang penyelidikannya sungguh-sungguh, sudah sewajarnya perusahaan Frontier Airlines mengumumkan apa yang sebenarnya terjadi.
Hasil penyelidikan harus dibeberkan secara transparan. Makanya setelah penyelidikan itu Frontier Airlines kudu langsung memohon maaf, baik kepada Khatib pribadi maupun kepada para penggemar Khatib di seluruh dunia. Dengan begitu, setidaknya warga dunia dapat paham tindakan tercela itu tidak mewakili bangsa Amerika, tetapi semata-mata sikap Frontier Airlines. Itu pun dengan catatan Khatib tetap layak mendapat ganti rugi yang besar atas perlakuan diskrimibatif, rasialis dan sombong dari Frontier Airlines .
Kita nanti perkembangannya. (*)
*) WINA ARMADA SUKARDI Wartawan senior, pernah belajar sistem politik, huku m dan pers di Amerika Serikat.