Isak Tangis Warnai Bedah Buku Perjalanan (alm) Sulthan Putra Luluk Maqnuniah M Sarmuji

Isak Tangis Warnai Bedah Buku Perjalanan (alm) Sulthan Putra Luluk Maqnuniah M Sarmuji
BEDAH BUKU : Sekitar 300 peserta ibu ibu kadwer Partai Golkar se Jatim mengikuti acara bedah buku bertajuk "Jalan Surga Ananda di Kantor Golkar Jatim, Selasa (7/1/2025)

SURABAYA  (WartaTransparansi.com) – Sekitar 300 orang ibu ibu Pengurus Golkar kabupaten/kota menetaskan air mata mendengar cerita Luluk Maqnuniah ketika merawat putra pertama Sutojoyo Sulthana Nashir saat sakit yang cukup lama sampai akhirnya Sang Khaliq memanggilnya.

Bukan karena sakitnya saja melainkan ketahananan dan keikhlasan Sulthan dalam menjalani cobaan hidup.

Cerita perjalanan almarhum Sulthan, putra pasangan Muhammad Sarmuji-Luluk Maqnuniah memang meninggalkan luka mendalam yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Wajah Luluk yang tampak tegar, di balik kesedihan yang mendalam, menjadi bukti ketabahan seorang ibu yang begitu besar.

Momen itu kembali hadir dalam peluncuran buku Jalan Surga Untuk Ananda Muhammad Sutojoyo Nashir yang berlangsung di kantor DPD Golkar Jawa Timur, Surabaya, pada Selasa (7/1/2025). Buku tersebut di tulis sendiri oleh M. Sarmuji dan istrinya Luluk.

Sambil mengenang, Luluk menceritakan bagaimana dirinya berusaha untuk tetap kuat saat merawat sang putra di RS National University Hospital, Singapura, beberapa bulan lalu.

Meski hatinya hancur melihat kondisi putranya, ia berusaha menahan tangis demi menjaga ketenangan hati anaknya selama menjalani perawatan.

“Sebenarnya, saat pertama mendengar penjelasan dokter, saya ingin menangis sekuat-kuatnya. Tapi saya harus menahan diri agar anak saya tetap tenang,” ujar Luluk dengan suara bergetar, mengenang saat-saat penuh haru tersebut.

Peluncuran buku ini juga dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Ibu. Luluk bersama suaminya, Sekjen Golkar M Sarmuji, berharap buku ini bisa menjadi inspirasi bagi para ibu di luar sana untuk tetap sabar dan kuat dalam menghadapi ujian hidup.

Dalam buku ini, Luluk menggambarkan perjalanan dirinya sebagai seorang ibu yang harus ikhlas menghadapi kenyataan bahwa putra tercintanya divonis sakit parah hingga akhirnya berpulang.

“Dalam rangka Hari Ibu, kami berharap buku ini bisa memberi gambaran kepada ibu-ibu di luar sana bagaimana seorang ibu harus kuat dalam menghadapi ujian dari Allah, terutama saat Allah menguji putranya yang sedang sakit hingga meninggal dunia. Kami tidak bermaksud menggurui, karena kami percaya banyak ibu hebat di luar sana, tetapi ini adalah perjalanan kami,” ungkap Luluk.

Luluk juga mengenang momen-momen terakhir bersama putranya yang sangat berkesan.

“Yang paling berat buat saya, ketika saya berdoa. Saya berdoa mengiba kepada Allah, pada saat titik terendah saya, Allah membuka hati dan pikiran saya, mengingatkan betapa baiknya Allah terhadap kami,” kenang Luluk dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Dalam masa-masa sulit itu, Luluk merasa didampingi oleh suaminya yang selalu berusaha memberikan dukungan terbaik.

“Selama di Singapura, saya tidak ingin mengganggu suami yang tengah fokus dengan urusan kampanye di Jawa Timur dan DPR RI. Ketika saya menerima kabar buruk, saya menahan diri untuk tidak menceritakannya. Baru saat berada di Singapura, saya bisa berbagi cerita,” tambahnya.

Pesan terakhir dari Muhammad Sutojoyo Nashir yang tak terlupakan bagi Luluk adalah tentang pentingnya kesehatan.

“Dia pernah bilang, ‘Ibu, kalau saya sehat, ibu juga akan kuat’. Dan itu menjadi pesan yang saya pegang sampai sekarang,” kenangnya dengan penuh haru.

Buku Jalan Surga Ananda Muhammad Sutojoyo Nashir tidak hanya menjadi sebuah kenang-kenangan tentang perjalanan hidup seorang ibu yang tabah, tetapi juga sebagai sebuah penghormatan bagi putra tercinta yang begitu banyak meninggalkan kenangan indah, terutama kebiasaannya yang gemar makan buah, seperti melon, semangka, dan mangga.

Di tengah segala kesedihan, Luluk tetap berusaha untuk melihat ke depan, dengan harapan agar kisah mereka dapat menginspirasi banyak orang, terutama para ibu untuk tetap kuat dalam menghadapi setiap ujian hidup. (*)

Penulis: Amin Istighfarin