Harga Beras di Sulteng Masih Melonjak Sehari Jelang Natal, Beras Bulog Bukan Solusinya

Harga Beras di Sulteng Masih Melonjak Sehari Jelang Natal, Beras Bulog Bukan Solusinya
ILUSTRASI : Harga beras di Palu jelang perayaan natal masih tinggi. Pemerintah setempat berusaha menstabilkan beras sehingga bisa di jangkau oleh masyarakat.

PALU (WartaTransparansi.com) – Harga beras di Pasar Inpres Manonda Palu dan Masomba terpantau naik sekitar Rp70 ribu hingga Rp85 ribu/5 Kg. Sementara harga beras di Kabupaten lainya di Sulteng bervariasi, tergantung jenis beras dan lokasinya.

Berikut harga beras di masing-masing Kabupaten dan Kota yang tercatat di pasaran dan pedagang eceran:

Beras medium

Harga beras medium di beberapa kabupaten/kota di Sulawesi Tengah adalah:

Banggai Laut: Rp17.000 per kg

Morowali Utara: Rp15.000 per kg

Toli-toli: Rp14.000 per kg

Banggai Kepulauan: Rp13.750 per kg

Kota Palu: Rp13.500 per kg

Beras premium

Harga beras premium di Kota Palu mencapai Rp16.000 per kg

Kabupaten Morowali

Harga beras di Kabupaten Morowali turun menjadi Rp14.490 per kg dari sebelumnya Rp15.900 per kg

Kabupaten Poso

Harga beras di Kabupaten Poso turun menjadi Rp12.500 per kg dari sebelumnya Rp15.000 per kg kg

Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) Celebes, Ahmad melihat fluktuasi harga beras bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya musim panen dan cuaca. Namun, ia menegaskan pemerintah harus lebih jeli melihat dan mengutamakan kepentingan konsumen kelas bawah, dalam hal ini warga dengan tingkat pendapatan ekonomi rendah.

“Kenaikan harga beras berdampak besar pada masyarakat kelas bawah. Sebab, dampaknya lebih cepat terarah dan dirasakan oleh mereka. Kenapa? Karena tingkat pendapatannya masih di bawah standar. Ini sangat memberatkan mereka,” kata Ahmad. Senin, (23/12/2024)

Menurut Ahmad, dengan banyaknya beras Bulog yang dijual di berbagai pasar, swalayan, dan toko, seharusnya bisa menekan kenaikan harga beras. Namun, yang terjadi justru beras non-Bulog tidak turun.

“Ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah agar bisa mengevaluasi orang-orang di Bulog, khususnya Bulog Sulteng. Kenapa demikian agar kerja mereka dalam membantu pemerintah menurunkan harga beras bisa maksimal,” ungkapnya

Selain itu, kata Ahmad, kesesuaian harga beras SPHP per 5 kg yang dijual di pasar dan di toko sangat bervariasi. Alhasil, pembeliannya didominasi oleh kalangan atas.

“Harga beras SPHP di pasaran sangat berbeda-beda, ada yang menjualnya dengan harga 60 ribu/5 kg, ada yang 63 ribu, ada yang 65 ribu. Hal ini membuat pembelinya didominasi oleh kalangan atas. Yang akhirnya tidak sesuai peruntukannya, yakni masyarakat menengah dan miskin,” ungkapnya (*)