SIDOARJO (Wartatransparansi.com) – Sebagaimana sambutan Plt Kadinkes Sidoarjo dr Lakhsmie Herawati Yuwantina M.Kes, pada Laporan Akhir Yayasan Lentera Kesehatan Nusantara, Sabtu (21/12/2024) di Hotel Luminor Sidoarjo, bahwa berdasarkan data dari WHO memperkirakan 24 juta penduduk di dunia atau 1 dari 300 orang mengalami skizofrenia.
Demikian juga berdasarkan Survey Kesehatan Indonesia (SKI, 2023) prevalensi gangguan jiwa berat (skizofrenia dan psikotik akut) di Indonesia sebanyak 4 % atau 315.612 orang dan Provinsi Jawa Timur sebanyak 4,2 % atau 50.558 orang, prevalensi depresi di Indonesia sebanyak 1,4% atau 630.827 dan di Provinsi Jawa Timur sebanyak 0,7 persen atau 97.746 orang.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo hingga bulan Desember 2024, terdapat 5.098 orang dengan gangguan jiwa berat (ODG Berat) yaitu pasien skizofrenia dan psikotik akut, terdapat 12.233 pasien penyandang gangguan jiwa termasuk skizofrenia, psikotik akut, depresi, anxietas/kecemasan dan gangguan campuran cemas dan depresi, Wakil Ketua PCNU Sidoarjo, KH Zainal Hayat, mengusulkan dibuatkan “Rumah Suwuk” atau penyembuhan melalui suwuk.
“Di Sidoarjo, di pesantren pesantren banyak kiai dan ustad yang pandai menyuwuk karena punya ilmu suwuk, atau bahasa populer orang pintar dan bahasa lain seperti rukiyah,” katanya saat diskusi di Hotel Luminor
Sebagaimana diketahui suwuk adalah metode pengobatan tradisional Jawa yang menggunakan mantra, doa, dan ramuan untuk menyembuhkan penyakit.
Kata suwuk berasal dari bahasa Jawa dan Sansekerta, yang dalam Sansekerta berarti “berhenti” dan dalam Jawa berarti “jampi-jampi atau mantra”.
Metode pengobatan suwuk menggunakan berbagai metode, seperti menghusap, menjilat, menyembur, menghembus, dan meminum, yang disertai dengan membaca mantra atau jampi-jampi.
Tujuan pengobatan suwuk, untuk menolong orang, bukan untuk mencari uang. Sedangkan pelaku suwuk bisa dilakukan oleh kiai, dukun, atau orang yang dianggap memiliki kemampuan khusus.
Manfaat suwuk dipercaya dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit, baik fisik maupun non-fisik.
Suwuk memiliki keratabasa berupa sumingkire wujud kangkolo (menyingkirnya penyakit dan hambatan hidup). Suwuk masih dikenal luas dalam masyarakat Islam tradisional dan kalangan pesantren di Jawa.
“InsyaAllah kalau melalui pengobatan suwuk akan banyak keberhasilan, karena ada doa dan ilmu lain untuk menyingkirkan hal gaib dan menenangkan yang sakit,” kata Zainal.
Koordinator Lentera Sidoarjo dan Cheers Sidoarji, Lilik Azkiyatul Masruroh Ml.Pd mengatakan bahwa setiap pertemuan kader, rutin setiap bulan sekali selalu didahului dengan istighotsah mohon pertolongan Allah SWT, terutama bagi penderita ODS dan kader serta Caregiver supaya diberi kekuatan dan kemudahan melaksanakan tugas mendampingi.
Usulan Kiai Zainal disambut antusias karena memang, di Sidoarjo belum ada, Rumah Suwuk. “Selain itu, pemerintah daerah supaya menganggarkan dana untuk penanganan dan pendampingan ODS yang ternyata jumlah Tidka terlalu besar, tetapi sangat bermanfaat,” tandasnya. (JT)