SIDOARJO (Wartatransparansi.com) – Secara khusus mengenai Pondok Pesantren Al Hikmah, di gedung H Abd Shomad, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, Dr H Akhmad Sruji Bahtiar, M.Pd.I, meminta agar ada penguatan kurikulum kitab kuning dan bahasa.
“Apa artinya pondok baik, bagus, mewah, kalau tidak difungsikan untuk peningkatan kompetensi anak didik, mampu membaca kitab kuning, bahasa Arab, bahasa Inggris dan bahasa Mandarin,” katanya, Rabu (23/10/2024).
“Saya tadi datang pagi-pagi, sebelum acara dimulai , alhamdulillah sudah ada proses penguatan pembelajaran agama. Ayo gedung yang kita miliki kita banggakan. Difungsikan semaksimal mungkin untuk prestasi anak didik.
“Jaga, rawat, lindungan pelihara sebaik-baiknya, nafsiyah dijaga, difungsikan sesuai fungsinya. kalau begitu dengan sendirinya gedung mewah ini bisa merawat jasadiyah dan nafsiyahnya,” tandas Kakanwil.
Sebab, menurut orang nomer satu di Kemenag Jatim, untuk apa membangun gedung yang baik, kalau fungsi fungsinya tidak ada.
Sebab, lanjutnya, ini hanya sarana dan media, masjid yang dibangun difungsikan dapat mendekatkan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, akhlak anak didik baik, sopan santun, dekat dengan orangtua dan dekat dengan gurunya. “Ayo rawat, lindungi, jaga, dan pelihara secara jasadiyah dan nafsiyah, supaya seimbang dan menghasilkan anak didik kompeten di bidangnya,” ajak Kakanwil secara diplomatis.
Khusus masjid, menurutnya, untuk menggembleng akhlaq dan sopan santun, serta diskusi diskusi untuk penguatan keagamaan.
Sedangkan Ma’had ini, lanjutnya, paling tidak harus dapat mencetak anak didik bisa baca kitab kuning, pintar bahasa Arab, pintar bahasa Inggris, pintar bahasa Mandarin, bukan hanya tempat istirahat atau mondok untuk siswa yang rumahnya jauh. Bukan atau jangan seperti itu.
“Saya harap semua gedung berfungsi menggodok anak didik supaya nafsiyahnya kuat,” harapnya.
Ditegaskan, bahwa rugi kalau bangun jasadnya, nafsiyahnya tidak dibangun. Kalau dibangun secara seimbang, maka
ssmua tempat di sini punya kompetensi, baca kitab kuning bagus, baca tulis arab, bahasa Arab, bahasa Inggris,
Sehingga, menurutnya,
fisik yang kuat ini bisa memberikan yang terbaik kepada orang lain.
Sebab, kalau gedung tidak difungsikan, sama dengan kayu yang dipotong dan dibuat kayu bakar.
“Jadi gedung ini kalau tidak bermanfaat sama dengan pohon yang ditebang dan jadi kayu bakar,” tandanya.
Guru Senyum
Kakanwil juga mengajak guru- guru mulai membiasakan, setiap mengajar dengan senyum, “Mulai besok kalau ada guru tidak senyum, tidak boleh mengajar, muhasabah atau instrospeksi dirilah untuk kebaikan,” katanya.
Senyum itu sadaqoh, senyum mendatangkan ketenangan, kedamaian.
Sehingga kalau ada orang senyum tidak membawa ketenangan, hatinya sedang sakit.
Sebab, menurutnya, kalau sudah tidak suka dengan pelajaran, gurunya seperti Mak Lampir selesai sudah proses belajar mengajar.
“Mulai hari ini kita harus mengajar dengan senyum, jangan senyum pura pura, karena kalau pura pura berarti ada masalah dengan hatinya, dengan jiwanya,” katanya.
Kakanwil kembali mengingatkan bahwa pemimpin itu kodratnya melayani, Sayyidul Qoumi Khoodimuhum (pemimpin diukur dari cara melayani). Tapi yang dilayani juga jangan bergaya, harus sama sama paham. (*)