KEDIRI (WartaTransparansi.com) – Di tengah terik matahari yang membakar dan medan yang penuh tantangan, Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) Ke-122 Kodim 0809/Kediri tak hanya mengerahkan tenaga untuk membangun infrastruktur di Desa Pagung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri.
Namun, mereka juga berjuang untuk melestarikan warisan budaya yang hampir hilang ditelan zaman. Desa yang terpencil ini menyaksikan perpaduan perjuangan fisik dan spiritual yang begitu kuat.
Di balik proyek besar yang meliputi pengerasan jalan, rehabilitasi rumah layak huni, renovasi mushola, dan pembangunan sumur bor air bersih, ada sebuah misi yang jauh lebih mendalam yakni melestarikan kesenian sakral yang diwariskan turun-temurun. Wayang Mbah Gandrung, wayang yang bukan sekadar tontonan, tetapi telah hidup selama sembilan generasi dengan fungsi sakral sebagai sarana pengobatan dan pemenuhan nazar, menjadi salah satu titik penting dalam perjalanan TMMD kali ini.
Komandan Satgas TMMD 122, Letkol Inf Aris Setiawan, berbicara dengan penuh semangat tentang upaya melestarikan budaya ini di tengah program pembangunan. “TMMD bukan hanya soal membangun fisik, tapi juga menyentuh jiwa masyarakat. Kami ingin menjaga warisan leluhur Desa Pagung ini agar tetap hidup. Wayang mbah gandrung adalah simbol perjuangan masyarakat desa ini, dan tugas kami adalah memastikan ia tetap dikenang dan dilestarikan,” terangnya, Minggu 20 Oktober 2024.
Bukan tanpa alasan budaya ini begitu sakral dan penting. Rumah yang menyimpan wayang mbah gandrung ini menyimpan sejarah besar, menjadi saksi bisu perjuangan Panglima Besar Jenderal Sudirman saat bergerilya melawan penjajah. Desa Pagung, yang tampak tenang, sebenarnya menyimpan cerita perjuangan yang menggetarkan hati.
Siswoyo, sang penjaga warisan wayang mbah gandrung, menceritakan bagaimana wayang ini ditemukan oleh leluhurnya dari sepotong kayu yang hanyut di sungai. “Wayang ini bukan buatan manusia, ia hadir begitu saja sebagai simbol kekuatan alam dan doa. Tidak ada yang bisa menjelaskan keajaiban ini dengan logika, tetapi kami tahu, ini adalah karunia besar yang harus dijaga,” katanya.
Perjuangan untuk membawa wayang ini ke tengah masyarakat pun tak mudah. Wayang mbah gandrung tidak bisa diangkut dengan kendaraan apa pun saat diundang ke tempat lain. Harus berjalan kaki, tanpa pengeras suara, seolah menegaskan bahwa kesakralan ini tidak bisa diganggu oleh modernitas. “Pernah kami mencoba menaikkannya ke kendaraan, namun kendaraan itu tak mau menyala. Seperti ada kekuatan yang menolak teknologi mendekati kesakralannya,” ujar Siswoyo, mengenang dengan penuh rasa hormat.
Pagelaran wayang mbah gandrung kali ini bukan digelar semata untuk hiburan. Berlokasi di rumah bersejarah milik generasi pertama yang memperkenalkan kesenian wayang mbah gandrung, rumah tersebut terletak di belakang Kantor Desa Pagung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri. Meskipun rumah itu kini sudah tidak lagi ditempati, kehadirannya tetap memiliki makna mendalam.
Wayang sakral ini dimainkan sebagai wujud doa dan harapan agar pelaksanaan TMMD Ke-122 berjalan lancar dan sukses, sekaligus sebagai upaya melestarikan warisan budaya yang sarat makna spiritual.
“Ini bukan hanya pertunjukan, ini adalah wujud pengorbanan dan doa kami kepada leluhur, agar semua yang dilakukan di desa ini mendapat berkah dan ridho,” ungkap Siswoyo dengan haru.
TMMD Ke-122 di Desa Pagung adalah gambaran nyata perjuangan fisik dan spiritual yang saling bersinergi. Di satu sisi, prajurit TNI berjuang keras membangun infrastruktur yang akan membawa desa ini ke masa depan yang lebih baik.
Di sisi lain, mereka turut menjaga akar budaya yang telah mengakar kuat di hati masyarakat desa, memastikan bahwa tradisi dan sejarah tetap hidup di tengah modernitas.
Kehadiran wayang mbah gandrung di tengah program TMMD ini menjadi simbol bahwa dalam setiap perjuangan fisik, selalu ada dimensi spiritual yang menyertainya. Desa Pagung, dengan segala kerendahannya, telah menunjukkan bahwa di tengah pembangunan, ada warisan yang lebih berharga untuk dijaga yakni jiwa dan sejarah yang terus hidup.
Dengan tekad yang kuat dan semangat yang tak pernah padam, TMMD Ke-122 Kodim 0809/Kediri bukan hanya membawa perubahan fisik bagi Desa Pagung, tetapi juga menjadi penjaga bagi tradisi, sejarah, dan budaya yang tak ternilai harganya. Perjuangan ini bukan hanya untuk hari ini, tapi untuk masa depan yang lebih kaya, baik secara material maupun spiritual.(*)