FPD Kota Pasuruan Deklarasi Kotak Kosong, Di Pilwali

FPD Kota Pasuruan Deklarasi Kotak Kosong, Di Pilwali
Foto : FPD Gelar Deklarasi Kotak Kosong

PASURUAN (WartaTransparansi.com) – Puluhan Forum Penyelamat Demokrasi (FPD) mendeklarasikan diri untuk mendukung kotak kosong di Pilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Pasuruan. Deklarasi tersebut di gelar di lapangan Mancilan, Kelurahan Pohjentrek, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan, Kamis (17/10/2024) malam.

Dalam Deklarasi Forum Penyelamat Demokrasi itu terdiri dari tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan sejumlah masyarakat Kota Pasuruan. Adapun deklarasi ini dilakukan sebagai bentuk keprihatinan bahwa demokrasi  di Kota Pasuruan telah mati atau tidak berjalan.

Seperti disampaikan oleh Koordinator Forum Penyelamat Demokrasi Kota Pasuruan Ayi Suhaya. Dia menyebut bahwa demokarasi Kota Pasuruan benar-benar mati suri. Karena di Pilkada Kota Pasuruan tidak ada lawanya. Untuk itu sebagai bentuk perlawanan, masyarakat melawan dengan Kotak Kosong. Hal ini cara terbaik untuk menghormati kematian ini.

Selain itu, Ayi Suhaya mengaku banyak mendengar keresahan dari masyarakat terhadap keberadaan calon tunggal dalam Pilwali Kota Pasuruan. Sebab pasangan calon walikota-calon wakil walikota yang ada belum sepenuhnya bisa diterima.

“Jadi, banyak yang resah dan banyak yang gelisah. Calon kepala daerah yang ada sekarang ini belum dianggap mencerminkan keinginan dan kebutuhan masyarakat Kota Pasuruan. Intinya, masih ada keraguan,” katanya.

Disamping itu Ayi Suhaya menyampaikan terkait calon Walikota Pasuruan bukan berarti mengecilkan kemampuan atau kecakapan dari para calon tunggal. Melainkan tantangan bagi calon seorang pemimpin di Kota Pasuruan kedepan  sangat kompleks, maka dibutuhkan pemimpin yang cakap dan mampu menyelesaikannya,”ungkapnya.

Disampaikan Ayi Suhaya, bahwa Kota Pasuruan kedepan membutuhkan pemimpin yang bisa menggratiskan pendidikan, dan kesehatan. Selain itu bisa mendatangkan banyak investor untuk membuka lapangan kerja, mengurangi pengangguran dan memberantas kemiskinan.

Oleh sebab itu, Pemimpin Kota Pasuruan kedepan harus bisa menghidupkan seni dan budaya agar terjaga. Dan yang terpenting adalah bagaimana kedepan, pemerintahan Kota Pasuruan bisa semakin lebih bersih dan bebas korupsi,”imbuhnya.

Tidak hanya itu, Ayi Suhaya mengaku tidak mengajak masyarakat Kota Pasuruan golput atau tidak menyalurkan hak suara. Tapi, kita mengajak masyarakat untuk memilih nomor urut 02, atau kotak kosong sebagai simbol perlawanan terhadap calon tunggal yang menjadikan demokrasi mati.

“Bagaimana bisa menguji kemampuan dan kecakapan calon kalau tidak ada ujiannya. Kalau boleh saya menantang KPU, izinkan saya berdebat dan adu gagasan dengan calon tunggal untuk mengukur sejauh mana kesiapannya,” terangnya. (*)