Ketika Penanganan ODS Baru Sebatas Kepatuhan Minum Obat

Ketika Penanganan ODS Baru Sebatas Kepatuhan Minum Obat
Hartono saat menyampaikan laporan hasil penanganan ODS di tiga kecamatan, Wonoayu, Krian, dan Tarik

SIDOARJO (Wartatransparansi.com) – Kepatuhan orang dengan skizofrenia (ODS) minum obat di tiga kecamatan binaan relawan dari Lentera mencapai 84,7 %.

Hartono dan Dani Setiawan Konsultan Lentera Pusat bidang Advokasi Komunikasi dan Mobilisasi Sosial (AKMS) serta Lilik Azkiyatul Masruroh, Koordinator Lentera Kabupaten Sidoarjo, menyampaikan hasil perkembangan selama menangani di tiga kecamatan, Tarik, Krian, dan Wonoayu, sejak 2020.

Data perkembangan program Cheers sebagaimana disampaikan pada rapat koordinasi OPD – CSO di Sun Hotel Sidoarjo, Kamis (10/10/2024). Tarik (jumlah 80; berobat 77 ; tidak berobat 3 ; 96,3 %). Krian (jumlah 89 ; berobat 87 ; tidak berobat 2 ; 97,7 %).
Wonoayu (jumlah 125 ; berobat 85 ; tidak berobat ; 40 68 %)

Pencapaian itu, lanjut Lilik Azkiyatul Masruroh, sudah melalui sentuhan relawan dengan berbagai model dan strategi. “Ada yang datang merayu agar ODS minum obat dengan memberi uang, membawa rokok, makanan, minuman dan lainnya. Itu pun tidak semua berhasil,” katanya.

Sementara data di Dinkes Sidoarjo sebagaimana disampaikan dr Hinu Tri Sulistijorini MMRS, bahwa dari target 4.126 orang, setelah dilakukan pendataan tenaga kesehatan dengan capaian 5.168 orang (113,19 %)

dr Hinu yang membidangi
P2P (Pencegahan dan Pengendalian Penyakit) sesuai dengan tugas sesuai petunjuk dari Kemenkes, ialah
Merumuskan dan melaksanakan kebijakan operasional di bidang surveilans dan imunisasi, mengusulkan jika ke depan penanganan ODS bisa fokus dan lebih baik, maka memberikan perhatian kepada kader dengan memberi honor sebesar Rp 100 ribu per kader setiap bulan. “Jumlah kader setiap desa atau kelurahan supaya dapat menangani dengan baik 5 orang,” katanya.

Menurut dia, program lain supaya dapat meningkatkan penanganan ODS dengan konsisten, maka fokus mencukupi ketersediaan obat dan pelatihan kader.

Koordinasi dengan beberapa OPD terkait seperti Dukcapil sebagaimana disampaikan Rifqi bagian identitas, menyatakan siap membantu mendata dengan melengkapi KTP dengan target jika perekaman tidak ada kendala, akan diselesaikan satu hari.

KH Luqman Hakim, Wakil Ketua Baznas Sidoarjo, memberi gambaran bahwa dalam membantu meningkatkan penanganan ODS, maka yang terkait bisa dimintakan bantuan kepada Baznas yang sesuai dengan ketentuan. “Kalau statusnya miskin bisa dimintakan dari pengumpulan zakat, kalau relawan bisa dikatagorikan infak dan sadaqoh,” tuturnya.

Penanganan ODS atau ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) dalam diskusi dengan sejumlah OPD, masih belum menemukan model lebih profesional dan proporsional. Penanganan ODS bahkan tidak berlebihan baru menyentuh kepatuhan minum obat.

Walaupun sudah sedikitnya dua kali membagikan modal usaha, baik bantuan Baznas maupun Lentera, guna memberi motivasi ODS menuju stabil.

Hanya saja, ketika semangat untuk menemukan cara penanganan lebih profesional dan fokus dengan lebih detail memotret, penyandang dana dari Johnson+Johnson pada akhir 2024, mengakhiri sebagai donatur karena mengalihkan ke negara di Asia yang lebih dinilai terbelakang.

Ketika Penanganan ODS baru sebatas kepatuhan minum obat, dan menuju.melangkah ke lebih detail memotret keadaan ODS sebanyak 5.168, penanganan masih belum jelas melangkah seperti apa?

Hartono menyatakan Lentera berharap penanganan lebih baik terus berlanjut, karena selama ini menang sebatas membuat penanganan gangguan jiwa berbasis masyarakat, dengan membentuk kader sebagai relawan terdepan mamantau, menangani, maupun mengangkat harkat dan martabat ODS.

Hasil diskusi dengan menampung pemikiran sejumlah OPD, menjadi bagian terpenting proyek penanganan ODS menemukan model lebih baik. Apalagi jika segera dibuatkan pemetaan lebih detail, dengan klasifikasi prosentase gangguan jiwa dan harapan stabil, sekaligus mampu bekerja di perusahaan umum atau usaha khusus.

ODS seringkali dianggap berbahaya untuk orang lain, karena mereka menunjukkan gejala-gejala berupa emosi yang meledak-ledak dan halusinasi.

Tetapi, ODS adalah anak bangsa dengan berbagai kelemahan, dengan kebutuhan untuk bersosial dan menjadi jiwa lebih mandiri sebuah keniscayaan. Ke depan menunggu hasil kolaborasi dari berbagai pihak untuk menangani secara seksama dengan lebih profesional dan proporsional. (*)