Djoko Tetuko – Komut Media Koran Transparansi
Lagu Indonesia Raya berkumandang di Paris saat pergelaran pesta olahraga se jagad, dari cabang olahraga panjat tebing nomer adu cepat dan angkat besi. Bukan dari cabang olahraga tradisi selama ini, bulutangkis.
Keberhasilan dua atlet mempersembahkan medali emas olimpiade Paris 2024, memang sudah mendapat apresiasi dan pujian, juga tali asih luar biasa. Indonesia dengan segala upaya dan daya berhasil mengantarkan anak bangsa bersaing dan juara di event kelas dunia.
Minggu (1 September 2024) atau delapan hari sebelum Hari Olahraga Nasional, ganda putra
Leo Rolly Carnando/Bagas Maulana, juara Korea Open 2024. Leo/Bagas secara mengejutkan mengalahkan ganda putra tuan rumah Kang Min-hyuk/Seo Seung Jae dalam tiga gim dengan skor 18-21, 21-9, 21-8.
Bertanding di Mokpo Indoor Stadium, Leo/Bagas kecolongan di gim pertama. Leo/Bagas mampu memgendalikan permainan pada dua gim tersisa dan menang dengan meyakinkan, sekaligus pelipur setelah dahaga medali di olimpiade.
Sebagaimana diketahui dari berbagai sumber terpercaya, bahwa Pekan Olahraga Nasional (PON) ketika kali pertama digelar di Solo, merupakan penguatan atas kemerdekaan Republik Indonesia, pada 17 Agustus 1945. Bahkan tanggal pembukaan PON pertama dijadikan Hari Olahraga Nasional (Haornas)
Haornas dirayakan setiap tanggal 9 September. Hari olahraga nasional memiliki sejarah panjang yang bermula dari tahun 1948. Ketika itu, Indonesia hendak mengikuti Olimpiade pertama di London, Inggris. Namun, atlet Indonesia ditolak secara administratif karena negara Indonesia belum diakui secara luas di dunia.
Bahkan, meskipun ditawari menggunakan paspor Belanda, Indonesia menolak dan bersedia bertanding jika mewakili bangsa sendiri. Dan sebagai respons, ketua Komite Olimpiade Indonesia, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, bersama dengan Persatuan Olahraga Republik Indonesia , sekarang dikenal sebagai Komite Olahraga Nasional Indonesia – KONI), menginisiasi menggelar Pekan Olahraga Nasional (PON) pada tanggal 9 September 1948 di Solo.
Pada 9 September 1983, Presiden Soeharto menetapkan sebagai peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) saat meresmikan pemugaran stadion Sriwedari di Surakarta. Keputusan ini tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 tahun 1985 tentang Hari Olahraga Nasional. Kepres tersebut mencerminkan tekad untuk memasyarakatkan olahraga, mengolahragakan masyarakat, serta meningkatkan dan mengembangkan pembinaan olahraga nasional.
Saat ini, Pekan Olahraga Nasional (PON) telah menjadi salah satu event olahraga nasional terbesar di Indonesia. Bahkan sejak PON XV tahun 2000 di Jawa Timur (pembukaan dan penutupan di Stadion Delta Sidoarjo), PON secara bergiliran digelar dari Sabang sampai Merauke. Dengan hitungan mundur; 2024 Aceh-Sumut, 2020 (2022) Papua, 2016 Jawa Barat, 2012 Riau, 2008 Kaltim, dan 2004 Sumsel.
Komite Olimpiade Nasional Indonesia (KONI) dibentuk pada tahun 1946 dan diakui pada tahun 1952. Indonesia mengalami dualisme organisasi karena KONI tidak diakui sebagai kepanjangan IOC, sehingga membentuk KOI. Dimana NOC Indonesia (KOI) bertugas menjalankan dan menjaga Olympic Charter sekaligus melaksanakan keikutsertaan Indonesia dalam pekan olahraga internasional seperti Olimpiade, Asian Games, SEA Games, dan lain-lain. Sebagimana catatan di atas Komite Olimpiade Indonesia (disingkat NOC Indonesia) adalah komite olimpiade nasional Indonesia, diterima menjadi anggota Komite Olimpiade Internasional (IOC) pada 11 Maret 1952.
Perkembangan prestasi Indonesia di Olimpiade mencatat 4 (empat cabang olahraga) berhasil menyumbangkan medali. Terhitung hingga tauun 2024 atlet Indonesia telah memenangkan total 40 medali, 22 medali dari cabang olahraga bulu tangkis, 16 dari angkat besi, dan masing-masing 1 dari panahan dan panjat tebing.
Daftar atlet Indonesia meraih medali dari nomer panahan beregu putri (Lilies Handayani, Nurfitriyana Saiman dan Kusuma Wardhani) meraih medali perak) untuk pertama kalinya pada Olimpiade Seoul 1988.
Pasangan suami isteri Susi Susanti dan Alan Budikusuma memenangkan dua medali emas pertama kali, pada nomor bulu tangkis tunggal putra dan tunggal putri masing-masing, pada Olimpiade Barcelona 1992.
Barcelona 1992 juga merupakan Olimpiade pertama dimana Indonesia memenangkan medali emas ganda. Sejak saat itu, Indonesia memenangkan sedikitnya satu medali emas di setiap Olimpiade, dengan pengecualian Olimpiade London 2012.
Pada cabang olahraga bulu tangkis, Indonesia adalah negara kedua, setelah Tiongkok, yang meraih medali emas di lima nomor pada Olimpiade.
Peraih medali emas untuk Indonesia terkini adalah Rizki Juniansyah, yang memenangkan nomor 73 kg putra pada angkat besi tahun 2024, memecahkan rekor Olimpiade dalam prosesnya, pada usia 21 tahun, 1 bulan dan 22 hari, ia menjadi atlet Indonesia termuda yang memenangkan medali emas Olimpiade, melewati Susi Susanti pada saat itu berusia 21 tahun, lima bulan dan 24 hari ketika ia menang pada 1992.
Medali emas kedua dipersembahka Veddriq Leonardo, setelah memenangkan nomor panjat tebing cepat. Keduanya menjadi atlet Indonesia pertama yang meraih medali emas Olimpiade di luar bulu tangkis.
Indonesia pertama kali mengikuti Olimpiade pada tahun 1952 di Helsinki, Finlandia dan telah mengirimkan atlet untuk berkompetisi dalam setiap Olimpiade Musim Panas sejak saat itu, kecuali dua; Indonesia tidak mengirimkan atlet pada tahun 1964 akibat kontroversi seputar Pesta Olahraga Asia 1962 melarang Israel dan Republik Tiongkok yang kemudian diakui secara internasional yang mengakibatkan larangan bagi tim atletik mereka, dan pada tahun 1980, ketika mereka turut serta memboikot Olimpiade Musim Panas 1980 yang dipimpin oleh A.S. sehubungan dengan perang Soviet-Afganistan.
Keberhasil atlet panjat tebing dan angkat besi, merupakan catatan tersendiri bahwa jika lagu kebangsaan “Indonesia Raya” bsrkumandang di Olimpiade, maka ada prioritas dan penghargaan bagi atlet yang berhasil meraih prestasi dunia itu.
Tentu saja PON dan Haornas (9 September 2024), bukan sekedar formalitas untuk multievent dan peringatan hari olahraga. Tetapi menjadi bagian terpenting mengumandangkan priorias pembinaan olahraga untuk memecahkan rekor olimpiade dan menggelar lomba yang dipertandingkan di olimpiade. Jika menjaga komitmen itu, maka tidak tertutup kemungkinan Indonesia akan meraih medali dari cabang olahraga membinaan terkonsentrasi dan fokus, meraih medali di olimpiade, utamanya merali emas. Jadilah “Indonesia Raya” terus berkumandang karena prestasi anak bangsa. (*)