Dalam kesempatan itu, Gubernur Jawa Timur Periode 2019-2024 Khofifah Indar Parawansa mengigatkan, bahwa digitalisasi di lingkungan OPOP adalah sebuah keniscayaan yang harus dilakukan.
Khofifah mengatakan, dukungan dari semua pihak baik dari Bank Indonesia sampai Bank Jatim sangat dibutuhkan. Terlebih dalam penyaluran kredit kepada pengusaha pengusaha (start up) baru.
Oleh karena itu, pendampingan harus dilakukan terlebih kepada para start up start up yang saat ini banyak berguguran. Maka, penguatan ekonomi pesantren di sektor ekonomi khususnya OPOP harus lebih dioptimalkan lagi.
“BI, OJK, Bank Jatim dan Pemprov Jatim harus sering melakukan diskusi dan memberikan pendampingan kepada pelaku usaha ekonomi. Salah satunya memperkuat pasar sampai dengan proses packaging agar produk bisa diterima di pasar ekspor,” tegasnya.
Khofifah minta program-program percepatan penguatan ekonomi halal yang ada di OPOP dimaksimalkan sesuai dengan perkembangan pasar yang ada saat ini. Selain itu kepada para pelaku UMKM, OPOP agar semua produknya bersertifikat halal.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jatim Andromeda Qomariah melaporkan bahwa program prioritas Eko-Tren yang telah berjalan mulai tahun 2019-2024 telah menghasilkan sebanyak 1.210 pesantrenpreneur.
“Artinya terdapat 210 pesantren yang bergabung dari target terbentuknya 1.000 pesantren peserta OPOP Jatim,” jelasnya. (*)