SURABAYA (Wartatransparansi.com) – Realisasi investasi di Kota Surabaya tumbuh positif dan meningkat tajam sepanjang tahun 2023. Nilai realisasinya mencapai Rp 37,57 triliun sepanjang tahun 2023, dan diyakini akan mampu mengerek ekonomi kerakyatan.
Data Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) 2023 menyebutkan, angka investasi di Surabaya selama 2023 masih didominasi oleh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) non-UMK yang mencapai Rp 20,28 triliun. Kemudian diikuti dengan PMDN UMK yang mencapai Rp 14,32 triliun, dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 2,97 triliun.
“Angka tersebut sudah melampaui target yang kami tetapkan,” kata Wali Kota Eri Cahyadi, Rabu (6/3/2024).
Untuk itu, Eri mengaku optimistis dengan besarnya investasi yang masuk ke Surabaya akan mampu mengerek atau menaikkan ekonomi kerakyatan. Misalnya, bagaimana ketika keberadaan hotel di Surabaya itu untuk kebutuhan sandal atau handuknya, dapat dipenuhi dari UMKM Surabaya.
“Selain itu, hadirnya rumah makan dan restoran. Maka, kebutuhan sayuran dapat disuplai dari tanaman hidroponik yang dibudidayakan oleh warga Surabaya. Termasuk bagaimana dengan hadirnya rumah sakit. Maka, tenaga kerja atau kebutuhan laundry bisa dipenuhi dari warga Surabaya,” katanya.
Dia pun memastikan bahwa saat ini salah satu syarat untuk investasi di Surabaya adalah harus mempekerjakan warga Surabaya. Artinya, setiap investasi baru yang masuk, harus dapat menumbuhkan lapangan kerja bagi warga Surabaya. “Jadi investasi silahkan masuk sebesar-besarnya ke Surabaya, tetapi harus bisa menggerakkan ekonomi kerakyatan warga Surabaya,” ujarnya.
Hanya saja, Eri juga menyadari bahwa lahan investasi di Kota Surabaya ini sangat terbatas, sehingga ke depannya ia memastikan akan terus menggenjot investasi dari sektor barang dan jasa. “Kita juga akan bergerak dengan Pelindo bagaimana lahan-lahan parkir di Pelindo itu bisa dikelola dengan baik. Jadi, kita bersama Pelindo juga akan bergerak di pelabuhan untuk meningkatkan investasi,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Kota Surabaya, Afghani Wardhana menjelaskan sejumlah sektor yang menjadi penyumbang tertinggi dari investasi itu.
Menurutnya, ada sejumlah sektor yang menjadi tingginya investasi yang masuk ke Surabaya. Khusus realisasi investasi PMDN non-UMK terbesar masih disumbang oleh sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran yang nilainya mencapai Rp 5,3 triliun atau 26,14 persen. Kemudian disusul sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi yang nilainya mencapai Rp 2,97 triliun atau 14,64 persen, lalu diposisi selanjutnya adalah sektor hotel dan restoran yang nilainya mencapai Rp 2,12 triliun atau 10,42 persen.
“Dari nilai tersebut, jumlah proyek perumahan, industri dan perkantoran mencapai 312 proyek. Sedangkan sektor transportasi, gudang, maupun telekomunikasi mencapai 524 proyek, lalu hotel dan restoran mencapai 699 proyek,” jelasnya.
Di samping PMDN non-UMK, PMDN UMK selama 2023 juga cukup tinggi. Rinciannya, sektor perdagangan dan reparasi mencapai Rp 5,3 triliun, jasa lainnya mencapai Rp 3,98 triliun, dan kontruksi mencapai Rp 1,94 triliun. “Investasi di sektor ini di antaranya adalah usaha rumah makan, usaha penyelenggaraan ekspedisi pos, rumah sakit swasta, serta beberapa usaha lainnya,” katanya.
Tak kalah dengan investor dalam negeri, Penanaman Modal Asing (PMA) juga masih menjadikan Surabaya sebagai salah satu lokasi favorit untuk berinvestasi. Lima besar negara asal investor di antaranya berasal dari Singapura menanamkan investasinya sebesar Rp 1,085 triliun, Malaysia sebesar Rp 556 miliar, Hongkong sebesar Rp 305 miliar, Tiongkok sebesar Rp 206 miliar, dan India sebesar Rp 198 miliar.
“Sedangkan bidang usaha terbesar dari PMA ini adalah transportasi, gudang, dan telekomunikasi yang nilainya mencapai Rp 1,31 triliun, perdagangan dan reparasi sebesar Rp 658 miliar, serta hotel dan restoran sebesar Rp 335 miliar,” ujarnya.
Afghani juga memastikan bahwa realisasi investasi tahun 2023 ini paling tinggi selama lima tahun terakhir ini. Pada tahun 2018, investasi di Surabaya mencapai Rp 4,74 triliun, 2019 sebesar Rp 19,22 triliun, 2020 sebesar Rp 22,15 triliun, 2021 sebesar Rp 29,22 triliun, dan 2022 sebesar Rp 35,21 triliun.
“Nah, tahun 2023 ini nilainya tembus Rp 37,57 triliun, sehingga angka ini merupakan angka tertinggi selama lima tahun terakhir ini,” tukasnya. (*)