SURABAYA (Wartatransparansi.com) – Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengapresiasi peresmian 12 galeri investasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pencanangan program literasi dan inklusi pasar modal, serta peluncuran platform investasi untuk rekan-rekan disabilitas di Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia Jatim, Senin, (19/6).
Wagub Emil mengatakan bahwa dengan diresmikannya 12 galeri investasi BEI ini diharapkan akan semakin meningkatkan investasi dan pasar modal di Jatim. Hal ini karena dari laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jatim regional IV, Provinsi Jatim termasuk provinsi tertinggi dalam berinvestasi meliputi Kota Surabaya, Kota Malang dan Kabupaten Sidoarjo sebanyak 41 persen.
“Bahkan dari 790 galeri BEI di seluruh Indonesia, sebanyak 86 ada di Jawa Timur. Jatim memiliki jumlah galeri terbanyak. Terima kasih atas dukungannya, kata Emil. Emil berharap, hadirnya galeri BEI di Surabaya akan diikuti dengan program literasi dan inklusi pasar modal bagi masyarakat termasuk penyandang disabilitas, utamanya penyandang disabilitas Tuli. Hal ini karena banyak yang memiliki produk keuangan, tetapi tidak memahami investasi karena literasinya rendah dan ini berbahaya. Oleh karena itu pentingnya literasi salah satunya melalui kehadiran galeri investasi.
“Indeks literasi dan inklusi keuangan Jatim secara prosentase cukup baik. Di tahun 2022 sebesar 55,32 persen dan ada kenaikan yang signifikan secara konsisten dari 2016 sampai 2022. Begitu pula inklusinya dari 73,2 di tahun 2016 menjadi 92,99% di tahun 2022,” ungkap Emil.
“Namun perlu dilakukan literasi secara berkesinambungan melalui kerjasama dengan berbagai stakeholder terkait,” imbuhnya.
Peran kerjasama dengan berbagai elemen, kata Wagub Emil, sudah dilakukan BEI dengan melibatkan perguruan tinggi hingga komunitas-komunitas termasuk komunitas disabilitas.
Khusus galeri investasi untuk penyandang disabilitas, Wagub Emil meminta ada program yang ramah bagi difabel.
“Kalau bisa program untuk ramah difabel yang kemudian diintegrasikan di galeri investasi,” tuturnya.
Lebih lanjut Emil mengatakan, mereka yang bekerja di galeri investasi harus dapat memberikan pemahaman risiko kepada masyarakat. Tujuannya, agar mereka tidak terjebak investasi bodong.
“Saya berharap banyak yang mulai main ke instrumen equity. Cuma itu tadi harus hati-hati agar tidak terjebak dalam investasi bodong,” ucapnya.
Tidak hanya itu, yang tidak kalah penting setelah investasi, adalah perlunya time horizon yang jelas. Yakni panjang total waktu yang diperkirakan akan dipegang oleh investor untuk menetapkan horizon waktu investasi apapun. Biasanya ada kaitannya dengan tujuan dan maksud investor.
“Literasi investasi bagi masyarakat harus dicari kurikulumnya karena tidak mungkin semua punya pemahaman finance. Kata kunci yang paling sederhana adalah jangan meletakkan telur di satu keranjang, karena ketika jatuh akan pecah semua,” jelas Emil.
Lebih lanjut, Provinsi Jatim menempati peringkat kedua dalam demografi total Securites Undustry Essentials Examination (SID) dengan jumlah peserta sebesar 1.420.145. Tingginya SID di Jatim menunjukkan bahwa masyarakat Jatim memiliki kesadaran dan pemahaman yang lebih tentang prinsip-prinsip dasar industri. (*)