Di Pemprov Jatim, kami juga memberikan ruang untuk masyarakat termasuk anak-anak muda untuk bersuara. Salah satunya melalui SP4N (Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik) Lapor,ujarnya.
SP4N Lapor merupakan sistem yang terintegrasi secara nasional. Setiap aduan yang masuk akan tercatat di tingkat nasional, kemudian diturunkan ke pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk ditindak lanjuti. Masyarakat juga bisa memonitor tindak lanjut dari pemerintah terhadap aduannya secara realtime.
Selain itu, anak muda juga bisa menyuarakan aspirasinya melalui wakil rakyat di DPR dan DPRD,imbuhnya.
Peranan anak muda sangat dibutuhkan dalam pembangunan daerah maupun negara. Terlebih saat ini Indonesia tengah bersiap menghadapi bonus demografi. Dimana jumlah penduduk berusia produktif mencapai 70 persen di tahun 2045.
Peranan anak muda ini juga yang beberapa tahun belakangan kami akomodir. Salah satunya melalui Millenial Job Center (MJC), ujarnya.
Melalui MJC anak-anak muda di Jatim tidak hanya dilatih kemampuan praktisnya, namun juga soft skill bagaimana cara mendapatkan klien, memahami keinginan klien, hingga mengelolanya. Hebatnya MJC ini tidak hanya melahirkan anak-anak muda yang berkapabilitas namun juga telah membantu banyak UMKM di Jatim untuk scale up usahanya. Sehingga bisa dikatakan satu progtam MJC bisa menjadi solusi beberapa sektor.
Selain MJC ada pula East Java Super Corridor (EJSC) yang merupakan coworking space di setiap Bakorwil se Jatim. EJSC tidak hanya menjadi wadah bagi anak muda untuk mengembangkan kreatifitasnya namun juga sarana agar pejabat publik semakin sering berinteraksi dengan kaum muda.
Sebab, semakin kita berinteraksi semakin paham pola pikir dan apa yang diinginkan oleh anak-anak muda. Alhasil birokrasi kita pun mulai berubah, tandasnya. (amin)