Menurutnya, sosialisasi, edukasi, pelatihan dan simulasi kesiapsiagaan bencana bukan pelajaran sekali dalam seumur hidup. Tetapi pemberlajaran dan upaya seumur hidup. Sehingga kegiatan-kegiatan harus dilakukan setiap tahun. “Karena dengan berlatih kita akan lebih siap dengan lebih siap akan mampu mengurangi risiko bencana. Bencana adalah kejadian ulang jika terjadi di masa lalu, kemungkinan terjadi di masa depan,” tambahnya.
Acara punya HKB tahun ini dilaksanakan di dua provinsi secara bersamaan. Di Jateng dan Jatim. Di tujuh kab/kota total warga terlibaat 2950 warga 1475 kepala keluarga. Rangkaian acaranya di antaranya sarasehan masyarakat sungai yang yang menghadirkan para pelaku sungai di Indonesia. “Tahun ini dilaksanakan di sungai. Sedangkan tahun 2022 dilakukan di Gunung Merapi dengan melibatkan masyarakat gunung,” lanjutnya.
Kegiatan ini ada diskusi, sarasehan. Dan, ternyata ada dampaknya. Ketika Gunung semeru Erupsi di penghujung tahun 2022, berkat kesiapsiagaan masyakat tidak ada korban, bila dibandingkan tahun 2021 yang memakan banyak korban. “Karena itu, kita harapkan masyakat di sekitar Bengawan Solo dengan adanya kegiatan kesiapansiagaan tahun ini, bisa mengantisipasi saat bencana sungai bengawan solo di masa depan. Karena kesadaran masyarakat, membuat kita bisa meminimalisasi korban bencana.” (sr/min)
