Tokoh²nya Belum Gerak Penyebab Elektabilitas Golkar Turun

Tokoh²nya Belum Gerak Penyebab Elektabilitas Golkar Turun
Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto ketika memberikan arahan kepada 38 ketua Golkar kabupaten/kota di Surabaya, Rabu (14/9/2022) malam

SURABAYA (Wartatransparansi.com) – Penyebab turunnya elektabilitas Golkar menurun  karena para tokoh tokohnya belum bergerak. Ini diungkap Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan di Jakarta, Minggu (22/1/2023).

Berdasarkan riset LSI (Lembaga Survei Indonesia)  periode 7-11 Januari 2023, elektabilitas Partai Golkar sebesar 6,7% atau di peringkat keempat di bawah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP (21,9%), Partai Gerindra (12,1%), dan Partai Demokrat (7,1%).

Jika disandingkan dengan hasil survei lembaga lainnya, seperti Indikator Politik Indonesia periode November 2022 dan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada Desember 2022, elektabilitas Partai Golkar di angka 10,5% dan 9,4%. Sementara itu, penelitian Voxpopuli Research Center pada akhir 2022 mencatat, tingkat keterpilihan Golkar melemah menjadi 7,3%

Djayadi Hanan menerangkan, sedikitnya ada tiga faktor yang memengaruhi perolehan suara partai politik (parpol), yakni tokoh nasional, mesin partai, dan tokoh lokal.

“Tokoh nasional terbagi menjadi dua, yaitu siapa bakal calon presiden (capres) yang diusung dan figur utamanya,” kata Djayadi dalam rilis survei LSI bertajuk “Kinerja Presiden, Pencabutan PPKM, Ketersediaan Bahan Pokok dan BBM, serta Peta Politik Terkini” secara virtual.

Menurut Djayadi, Partai Golkar hingga kini juga belum menetapkan capres 2024. “Dengan demikian, belum ada sarana untuk meningkatkan elektabilitasnya melalui kandidat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024,” tambahnya.

Mengenai mesin partai, menurut Djayadi, juga cenderung belum bergerak, termasuk partai-partai lainnya, karena masih proses persiapan pemilu hingga kini.

“Biasanya mesin Partai Golkar bergerak cukup koordinatif, cukup kuat karena partai yang relatif sudah cukup lama dan berpengalaman,” ujarnya.

Pun demikian dengan tokoh-tokoh Golkar di tingkat lokal. Djayadi berpendapat, figur-figur lokal Golkar belum bergerak secara terstruktur lantaran masih tahap konsolidasi sampai sekarang.

“Jadi faktor-faktor itu yang saya kira menjelaskan mengapa suara Partai Golkar cenderung, saya belum mengatakan turun, cenderung stagnan kalau kita lihat,” kata Djayadi.

1. PDIP 21,9%
2. Partai Gerindra 12,1%
3. Partai Demokrat 7,1%
4. Partai Golkar 6,7%
5. Partai NasDem 5%
6. PKS 5%
7. Partai Perindo 4,8%
8. PKB 4,7%
9. PPP 2,2%
10. Partai Garuda 1,3%
11. PAN 0,6%
12. Partai Ummat 0,5%
13. Partai Hanura 0,5%
14. Partai Buruh 0,3%
15. PBB 0,3%
16. PSI 0,3%
17. Partai Gelora 0,1%
18. PKN 0%
19. Tidak menjawab 26,7% (*)