SURABAYA (WartaTransparansi.com) – Anggota Komisi E DPRD Jatim Kodrat Sunyoto meminta supaya Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur melakukan sinergi dengan dinas lain dalam penanganan kasus leptospirosis di beberapa daerah di Jatim dan menggalakkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Apalagi hingga penyakit misterius ini menyebabkan tiga orang meninggal di Tulungagung.
Kodrat Sunyoto yang juga Ketua DPD MKGR Jatim tersebut mengatakan bahwa sinergi perlu dilakukan untuk membuat program pemberantasan tikus yang menjadi sumber utama dari merebaknya penyakit leptospirosis ini.
Politisi Partai Golkar asal Lamongan ini menandaskan salah satunya adalah dengan Dinas Pertanian dan Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Pemukiman dan Cipta Karya (PRKPCK) Provinsi Jawa Timur.
Sinergi dengan dinas Pertanian ini karena memang di kawasan lahan pertanian juga banyak tikus bahkan menjadi hama dari tanaman. “Kemudian, dengan Dinas PRKPCK juga kaitannya dengan lingkungan perumahan. Karena kebanyakan tikus ini juga adalah rumah,” kata Kodrat, Kamis (12/1/2023).
Lebih lanjut, Kodrat menambahkan bahwa yang tidak kalah penting adalah supaya Dinas Kesehatan mengadakan dan menggalakkan program PHBS. Sebab, keberadaan menyakit leptospirosis juga berhubungan dengan kesehatan lingkungan.
“Dinas Kesehatan harus membuat program yang orientasinya untuk program PHBS itu, dan upaya untuk bagaimana ini kan hamanya dari tikus maka harus ada sinergitas dengan dinas terkait misalnya dinas pertanian bagaimana memusnahkan tikus itu,” tandasnya.
Kodrat mengaku sampai saat ini memang belum berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan terkait dengan masalah ini. Termasuk apakah Dinas Kesehatan punya anggaran khusus untuk program PHBS. Meski tidak ada anggaran khusus, lanjutnya, namun Dinas Kesehatan harus tetap menggalakkan program PHBS ini.
Terlebih lagi, lanjutnya, penyakit ini termasuk berbahaya dan tingkat kematiannya tinggi. Karena penyakit ini bisa menyerang organ vital manusia. “Kulit warna menguning, tapi juga bahaya karena merusak organ. Program secara umumnya adalah PHBS harus tetap digerakkan,” tegasnya.
Terlebih lagi saat ini musim hujan dimana potensi munculnya kasus leptospirosis yang bersumber dari tikus ini cukup besar. Penyakit ini juga merupakan salah satu penyakit yang merupakan dampak atau bisa muncul akibat banjir.
“Intinya itu, Komisi E meminta program Dinas Kesehatan yang orientasinya untuk peningkatan pola hidup bersih dan sehat, dan harus dilakuan secara sinergis karena ini kaitannya oleh tikus sehingga harus dilakukan dengna dinas yang terkait,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan tiga orang meninggal dari enam kasus leptospirosis yang menjangkit di sejumlah wilayah di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur sejak November 2022.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung dan jajarannya sedang melakukan penanganan bagi yang terpapar serta pelacakan epidemiologi wabah menular tersebut di lingkungan setiap penderita yang teridentifikasi. Terlebih lagi, tiga orang lainnya sembuh dengan pengawasan ketat.
Sebaran leptospirosis di Kabupaten Tulungagung ini berada di Desa Pandansari, Kecamatan Ngunut dengan satu orang meninggal; Desa Punjul, Kecamatan Karangrejo dengan satu orang meninggal; dan Desa Dono, Kecamatan Sendang dengan tiga orang terjangkit dan satu di antaranya meninggal dunia.
Mereka yang meninggal, kondisinya sudah memburuk. Selain juga mereka semua memiliki riwayat gangguan ginjal, sehingga rentan mengalami kefatalan saat terjangkit leptospirosis. Kini, kasus serupa kembali ditemukan pada satu orang warga Desa Suruhan Lor, Kecamatan Bandung.
Gejala penyakit ini diawali dengan demam tinggi, badan menggigil seolah kedinginan, lesu, dan perut terasa mual, muntah, radang mata seperti iritasi, dan rasa nyeri pada otot betis. Gejala itu akan tampak pada empat sampai 10 hari setelah tertular. Waspada leptospirosis juga diterapkan di Kabupaten Bangkalan. Hal ini seiring dengan bencana banjir beberapa hari terakhir yang kerap terjadi di Bangkalan berpotensi menimbulkan penyakit. (sr/min)