Opini  

“Kuburan” Politik Puan Maharani

“Kuburan” Politik Puan Maharani

Oleh: Edi Sudarjat (Analis Politik dan Media)

Alih-alih menganalisis, mengkaji strategi, dan taktik baru, untuk mengangkat popularitas, favorabilitas, dan elektabilitas Puan Maharani (PM), tim kampanye PM justru bersikeras bahwa “banjir” baliho PM telah berhasil meningkatkan popularitasnya. Mereka mengabaikan reaksi negatif yang cukup keras dari publik, tokoh masyarakat, media massa dan media sosial (medsos).

Kanal https://www.youtube.com/watch?v=kQlZBSk6vy0 IDN Times, misalnya, menampilkan gambar berjalan (_slide_) yang menjelaskan baliho PM berhasil menggerek popularitasnya di media sosial (medsos). Berkat “banjir” baliho itu popularitas PM setara dengan Ridwan Kamil, bahkan mendekati Ganjar Pranowo.

Untuk menopang argumennya, tim kampanye PM, mengutip analisis twitter @ismailfahmi, pada 8/8/2021, salah seorang pendiri laman Drone Emprit, (https://twitter.com/ismailfahmi/status/1424214419806986246/photo/1).

Yang lucu, tim kampanye PM tidak menjelaskan keterangan dari @ismailfahmi bahwa _PM makin populer, lewat baliho yang banyak disindir dan jadi meme netizen_. Juga keterangan bahwa _populer saja tidak cukup, apalagi populer karena hal yang negatif dan tidak ada positifnya. Harus ada bukti kerja dan prestasi yang bisa digunakan untuk menaikkan tren_.

Dari keterangan tersebut semestinya tim kampanye PM menyadari bahwa popularitas dengan sentimen negatif yang meninggi, akan merusak favorabilitas dan elektabilitas PM.

Dengan bahasa sederhana, dapat dikatakan: PM memang makin populer, tapi makin tidak disukai. Ujung-ujungnya, dukungan kepada PM dan tingkat keterpilihannya, tidak akan naik.

Mengapa Demikian?

Karena “banjir” baliho hanya efektif, dengan syarat keadaan masyarakat normal; sebagai kami sampaikan pada kolom yang lalu (“_Banjir” Baliho Capres RI 2024: Menggali Kuburan Sendiri_”). “Banjir” baliho akan meningkatkan popularitas dengan sentimen positif—atau setidak-tidaknya netral; bukan negatif—asalkan masyarakat tidak dalam kondisi kesusahan sebagaimana terjadi setahun belakangan ini.