Untuk itu, Khofifah optimistis, Indonesia dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia sangat berpeluang mengambil kesempatan untuk mengembangkan produk halal. Ini juga merupakan peluang bagi pesantren peserta OPOP untuk ikut ambil bagian di dalamnya.
“Dengan kebersamaan dan kekuatan yang kita sinergikan dengan semua elemen tidak hanya di Jawa Timur tapi seluruh Indonesia, Insya Allah kita bisa bergerak dari importir terbesar menjadi eksportir produk halal terbesar di dunia,” tukas gubernur perempuan pertama di Jatim ini.
“Apalagi untuk wisata misalnya kalau mau mencari halal tourism kita punya pantai, gunung, dan alam yang luar biasa. Ini adalah produk yang siap di promote untuk dipasarkan dan diekspansi,” imbuhnya.
Lebih lanjut disampaikan Khofifah, untuk memperkuat OPOP, perlu adanya pengembangan digitalisasi online dan e-commerce untuk perluasan pasar. Hal ini sejalan dengan prediksi yang disampaikan Jack Ma saat The World Economy Forum, sebanyak 99 persen UMKM tahun 2030 ‘will be online’ dan 85 persen UMKM di tahun 2030 ‘will be e-commerce’.
“Ini kekuatan yang luar biasa. UMKM ini harus percaya diri bersinergi dan harus melakukan pengembangannya secara online bentuk e-commerce. Sehingga akan bisa memperluas skala pasarnya,” terang Khofifah.
Dengan demikian, jelas Khofifah, pertemuan-pertemuan OPOP akan menjadi bagian penting untuk mempertemukan perspektif diantara peserta dan pesantren OPOP. Kursus – kursus singkatpun perlu diberikan agar UKM dan OPOP lebih friendly dengan perdagangan online.
Turut hadir pada acara tersebut, antara laian Bupati Bojonegoro Anna Mu’awanah, Pimpinan Ponpes Amanatul Ummah Mojokerto KH. Asep Syaifuddin Chalim, serta beberapa Kepala OPD di Lingkungan Pemprov Jatim dan Pemkab Bojonegoro. ***