Nama Kota Sejarah Lama, Pasar Ternama seperti Lupa

Oleh : Djoko Tetuko, Pemimpin Redaksi Wartatransparansi

Nama Kota Sejarah Lama, Pasar Ternama seperti Lupa

Refleksi HJKS ke 728 (2)

Kota Surabaya memang lebih lama dari hari jadi sekarang ini. Tetapi semua karena permasalahan catatan sejarah. Apalagi sejarah lama dengan penguatan dan tetenger sesuai dengan kemauan penguasa ketika itu.

Kota Surabaya dengan luas sekitar ±326,81 km², dan 3.158.943 jiwa penduduk pada tahun 2019. Daerah Metropolitan Surabaya yaitu Gerbangkertosusila yang berpenduduk sekitar 10 juta jiwa, adalah kawasan Metropolitan terbesar kedua di Indonesia setelah Jabodetabek. Surabaya dan wilayah Gerbangkertosusila dilayani oleh sebuah bandar udara, yakni Bandar Udara Internasional Juanda yang berada 20 km di sebelah selatan kota,

Pasar lama dengan sejarah cukup ternama. Bahkan sampai di ujung dunia, kini hampir sudah lupa dari hiruk pikuk keramaian, atau tujuan utama warga kota. Pasar Turi masih mangkrak karena sengketa pengelola.

Pasar Genteng, Pasar Wonokromo, Pasar Blauran, bukan lagi pasar tradisional ternama dan populer, seperti ketika masih zaman keemasan. Semua berubah karena tuntutan zaman, atau karena kemajuan zaman dan tekonologi. Juga pertumbuhan pasar modern, sehingga seperti semua jadi lupa.

Jadilah pasar tradisional ternama zaman lama, sudah hampir terlupakan. Karena Pasar Tambakrejo dengan konsep modeenisasi menjadi “Pasar Mall”, demikian juga Pasar Wonokromo seperti sudah kehilangan pamor. Nama tetap ada, tetapi keramaian tidak seperti harapan.

Surabaya memang terkenal dengan Kota Pelabuhan karena sejak zaman Kerajaan Majapahit menjadi pintu utama masuk dari transportasi perairan laut. Hingga sekarang memiliki dua pelabuhan, yakni Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Ujung.

Surabaya terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena begitu kental dengan
perjuangan Arek-Arek Suroboyo (remaja dan pemuda Surabaya) dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dari serangan penjajah.

Sejarah Kota Surabaya secara
Etimologi
Kata Surabaya (bahasa Jawa Kuno: Surabhaya) sering diartikan secara filosofis sebagai lambang perjuangan antara darat dan air.