Tabayun Idul Fitri ala Ulama Xinjiang (Bagian 2/Tamat)

Tabayun Idul Fitri ala Ulama Xinjiang (Bagian 2/Tamat)

Ada pula aktivitas beberapa orang yang berziarah dan berdoa di samping pusara makam keluarganya di Kota Aksu.

Selain itu, ribuan orang diperlihatkan tumpah-ruah di halaman Masjid Idkah di Kota Kashgar yang modelnya mirip alun-alun untuk berdansa merayakan Idul Fitri. Sebagian kecil saja yang mengenakan masker.

Kerumunan ribuan orang di depan masjid yang menjadi ikon kota tua Kashgar itu sepertinya tidak terjadi pada 2018 dan 2019 ketika Xinjiang menjadi sorotan dunia internasional atas dugaan pelanggaran HAM dengan dibukanya kamp-kamp konsentrasi pendidikan ulang untuk etnis Uighur, juga pada 2020 saat wabah COVID-19 melanda.

 

Wakil Presiden Asosiasi Islam Xinjiang sekaligus imam Masjid Yanghang Urumqi, Muhtarim Sherip, berpidato mengenai situasi kebebasan beribadah warga etnis minoritas Muslim Uighur yang dijamin oleh pemerintah dalam Resepsi Idul Fitri di Beijing, Kamis (13/5/2021). WartaTransparansi/M. Irfan Ilmie

Kesan Pertama

Lebaran tahun ini juga memberikan kesan tersendiri bagi kafilah imam yang rela melakukan perjalanan sejauh 2.500 kilometer dari Urumqi, Ibu Kota Xinjiang, ke Beijing setelah mendapatkan kesempatan melaksanakan shalat Id di Masjid Niujie.

“Ini baru pertama kalinya bagi saya dan para imam dari Xinjiang melaksanakan shalat Id di Masjid Niujie,” kata Presiden XIA Abdur Raqib Tursuniyaz, yang bertindak selaku ketua delegasi imam dari Xinjiang.

Tentu tidak saja hikmah Idul Fitri yang mereka dapatkan, melainkan juga kesempatan bersilaturahmi dengan para imam Masjid Niujie dan jajaran pengurus teras CIA.

Kafilah imam dari Xinjiang itu juga menjadikan Lebaran Idul Fitri tahun ini sebagai ajang bertabayun dengan imam-imam lainnya di Beijing, misi diplomatik dari Timur-Tengah dan Afrika, serta jurnalis asing terkait situasi terkini di daerahnya.

Itu semua sudah menjadi kewajaran dalam tradisi Islam saat hari kemenangan telah tiba setelah berpuasa selama sebulan penuh.

Sudah seharusnya ritual-ritual seperti itu dipertahankan dan dilestarikan pada masa-masa yang akan datang agar tidak menimbulkan tanda tanya.

Sulit dimungkiri, pertemuan para ulama dengan diplomat dari Timur Tengah itu erat kaitannya dengan isu-isu tentang Xinjiang yang tidak pernah akan ada habisnya.

Acara yang terkesan mewah tersebut digelar di tengah pertemuan virtual negara-negara anggota PBB yang digagas Jerman, Amerika Serikat, dan Inggris untuk membahas penindasan terhadap etnis minoritas Muslim Uighur.

Saat dikonfirmasi WartaTransparansi mengenai keterkaitan Resepsi Hari Raya Idul Fitri tersebut dengan pertemuan virtual PBB, Deputi Direktur Propaganda Partai Komunis China (CPC) Daerah Otonomi Xinjiang Xu Guixiang tidak memberikan jawaban pasti.

“Ya, acara (resepsi Idul Fitri) ini memang pertama kalinya digelar,” jawabnya singkat sambil tersenyum mengisyaratkan penanya menerka-nerka sendiri korelasi tersebut. (Tamat)