Figur kepiawian dan kehebatan sebagai Bupati Nganjuk, Novi Rahman Hidayat mewakili generasi muda sekaligus generasi millenial. Menjadi idaman zaman ketika generasi tua masih belum sadar berhenti dari korupsi, pungli, kong kalikong permainan kekuasaan, juga patgulipat perburuan jabatan.
Tetapi, Senin subuh (10/5/2021) seperti disambar gledek di siang bolong, seakan-akan kehebatan Bupati Nganjuk Novi habis, gara-gara diberitakan masuk pusaran dugaan operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Belum jelas Bupati Nganjuk Novi terlibat langsung dalam dugaan “jual beli” jabatan dari perangkat desa sampai paling strategis di wilayah Pemerintahan Kabupaten Nganjuk.
Sumber resmi Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron dikonfirmasi Senin (10/5/2021)
menyatakan, penangkapan terhadap Bupati Nganjuk Novi berkaitan dengan suap “jual beli” jabatan di wilayah Pemkab Nganjuk, Jawa Timur.
KPK sudah menangkap 10 perangkat desa, dari hasil OTT dan pengembangan. Karena menurut sumber resmi sebagian dari hasil pengelolaan kasus di Bareskrim.
Kebenaran apakah Bupati Nganjuk Novi menjadi tersangka atau hanya saksi saja, menunggu detik-detik KPK mengumpulkan hasil penyidikan berserta barang bukti. Jika benar dan menjadi salah satu aktor dugaan “jual beli” jabatan, maka tamatlah riwayat kepercayaan begitu tinggi kepada generasi muda hebat, generasi millenial terhornat.
Mengapa tamat? Generasi muda dan generasi millenial seperti Bupati Nganjuk Novi dengan kecanggihan teknologi dengan latar belakang keilmuan agama sudah mumpuni (mendekati sempurna), sudah berdiri di atas mimbar shalat Jumat dari masjid ke masjid, dari desa ke desa sebagai sambang desa, dengan kekayaan sebagai pengusaha muda, dan sederet kesuksesan serta kepedulian terhadap orang kecil, sepertinya bubar berantakan dengan kasus OTT KPK ini.
Inilah salah satu kasus krusial sekaligus godaan para pejabat muda dan pengusaha muda, tergelincir racun kekuasaan dan gemerlap dunia? Atau karena terjaga mampu mengendalikan dengan sabar dan tawakal setelah melakukan usaha maksimal.
Minimal seorang pemimpin perlu mengetahui dan menjalankan 3 Prinsip, yaitu prinsip arah, kendali diri dan integritas. Prinsip integritas berarti harus menunjukkan sikap tegas dan keselarasan atas perkataan dan pikiran.
Oleh karena itu, kepemimpinan harus didasarkan atas keadilan, dijalankan secara adil dan berfungsi untuk menegakkan keadilan. Dapat dikatakan bahwa prinsip-prinsip kepemimpinan adalah amanah dan adil.
Ingat kekuasaan itu racun. Sebab jika salah menempatkan dan menggunakan bisa-bisa membunuh atau menamatkan, penguasa atau mereka yang dekat dengan penguasa. (***)