Selanjutnya barangkali melihat orang lain yang berbeda jangan menyesat-nyesatkan, jangan sampai mengkafir-kafirkan, jangan sampai memurtad-murtadkan, memusyrik-musyrikkan, terlebih orang lain yang beda itu mengkonfirmasi dalilnya dan bertabayun/bertanya kepada ulama yang memang hali mendalami Alquran dan Sunnah.
Kiai Marzuqi menegaskan bahwa menjaga agama adalah wajib sejatinya menjaga negara juga wajib. Membuat kekacauan terhadap agama hukumnya haram, membuat kekacauan negara dan kedaulatan negara juga haram.
“Jika negara kacau, perang saudara maka akan berimbas kepada agama itu sendiri. Masjid tidak bisa jamaah, lembaga pendidikan tidak bisa berjalan karena negara tidak aman. Mari seimbangkan menjaga agama dan menjaga negara,” jelasnya.
Sementara itu KH. Saad Ibrahim menekankan hikmah berpuasa di bulan Ramadhan satu bulan penuh yang hikmahnya meninggikan posisi dimensi rohani manusia diatas dimensi jasmani manusia.
“Sebenarnya hakikat manusia menjadi manusia itu tidak lebih dan tidak kurang karena pada dirinya ditiupkan ruh yang berasal dari Allah SWT. Maka manusia memperoleh kemuliaannya dan dimulyakan oleh Allah karena manusia diberikan ruh dari Allah SWT.”
Dalam perjalanan kehidupan manusia dua dimensi (jasmani dan ruhani) selalu saling berebut posisi. Syaitan mepengaruhi manusia untuk menempatkan dimensi jasmani diatas dimensi ruhani. Jika manusia benar-benar mengikuti ajakan syaitan maka sedungguhnya nilai manusia tidak lebih dari sekadar tanah.
“Syaitan menghembuskan kecenderungan yang bersifat hawa nafsu sehingga ruh terkungkung sepenuhnya pada dimensi jasmani. Sehingga perjalanan hidup manusia yang seharusnya menuju Allah, malah akan menuju neraka Allah SWT,”
“Untuk itulah Puasa adalah jalan untuk memanage ruhani manusia untuk kembali kepada Allah. Jika manusia berhasil memanage ruhaninya, maka akan berimbas kepada hubungan kepada Allah dan Hubungan kepada manusia,” tutup DR. Saad Ibrahim. (*)