Tajuk  

“Tut Wuri Handayani …” dalam Berbangsa dan Bernegara

Oleh : Djoko Tetuko, Pemimpin Redaksi Wartatransparansi

“Tut Wuri Handayani …” dalam Berbangsa dan Bernegara
H. Djoko Tetuko Abdul Latief

Hari-hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2021, merupakan tahun kedua Hardiknas dengan suasana masi masa pandemi Corovirus Disease 2019 (Covid-19).

Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2021, di seluruh bumi Pertiwi masih saling menjaga protokol kesehatan standar Covid-19, dengan 3M Plus.

Memakai masker, mencuci tangan dengan sabun hingga bersih, menjaga jarak. (Khusus menjaga jarak ini dimaknai mencegah kerumunan dan membatasi kegiatan masyarakat).

Hardiknas juga dalam suasana pengetatan Pelaku Perjalanan Dalam Negeri (PPDN) berlaku sejak 22 April hingga 26 Mei 2021, Larangan
Mudik berlaku 6-16 Mei 2021, semua dalam Pemberlakuan Pengurangan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Berskala Mikro.

Prinsip pendidikan ialah penyelenggaraan pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif.
Dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa.

Kedua, pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan dan membangun kemauan.

Ketiga, inti dari proses penyelenggaraan pendidikan ialah mendewasakan kehidupan anak bangsa.

Dalam suasana kehidupan bangsa dan negara pada masa pandemi Covid-19, dengan pengaruh keterpurukan ekonomi di semua sektor, maka semboyan pendidikan sebagaimana

“Ing Ngarsa Sung Tulada dan Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” (Di depan memberikan teladan, di tengah membangun kebersamaan,
dari belakang mendorong).

Semboyan Ki Hajar Dewantara ini mengenalkan Tut Wuri Handayani.

Tut Wuri Handayani dalam berbangsa dan bernegara sebagai seorang warga dalam kapsitas apa pun harus bisa memberikan arahan, semangat, dan motivasi kepada masyarakat, terutama dalam situasi dan kondisi membutuhkan kesadaran cukup tinggi, dalam mendukung upaya pencegahan Covid-19 serta pemulihan ekonomi nasional.

Tut Wuri Handayani menjadi lambang Pendidikan melalui SK Menteri Nomor 0398/M/1977 pada 6 September 1977.

Makna Lambang Tut Wuri Handayani  terdapat 5 aspek yang menjadi sorotan.

Bidang segi lima (biru muda) menggambarkan alam kehidupan pancasila

Hal ini juga sebagai bentuk penghormatan kepada Ki Hajar Dewantara atas jasa-jasanya dalam menjadi seorang pahlawan pendidikan

Belencong menyala bermotif garuda. Belencong merupakan lampu khusus dalam pertunjukkan wayang kulit untuk membuat pertunjukkan jadi hidup.

Sedangkan burung garuda, yang menjadi motif belencong tersebut menggambarkan sifat dinamis yang gagah perkasa, mampu dan berani mengarungi angkasa luas.

Ekor dan sayap garuda digambarkan masing-masing lima yang memiliki arti “satu kata dengan perbuatan Pancasilais”

Sedangkan, buku. Seperti yang telah diketahui bahwa buku merupakan sumber ilmu, jendela kehidupan yang akan berguna bagi kehidupan manusia

Keanekaragaman warna. Warna putih pada ekor, sayap garuda, dan buku melambangkan kesucian yang tanpa pamrih. Warna kuning emas menyala pada api berarti keagungan dan keluhuran pengabdian. Warna biru muda yang menjadi dasar segi lima memiliki arti bahwa pengabdian yang tak kunjung putus dengan memiliki pandangan hidup yang mendalam.

KehiduUntuk untuk berbangsa dan bernegara pada masa sulit, masa membutuhkan kebersamaan dan gotong royong untuk memulihkan semua sektor ekonomi nasional, maka “Tut Wuri Handayani …” sangat tepat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, supaya semua rentak kehidupan dalam koridor pendidikan dan memahami arti kebutuhan pendewasaan dalam menjaga marwah negara. (*)