SURABAYA (Wartatransparansi.com) – Suka tidak suka, mau tidak mau, maka kehidupan ke depan sudah pasti akan diwarnai dengan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Hal itu seperti ketika masa pandemi influenza dan bahaya penyakit malaria.
Maka seluruh kehidupan di dunia menerima akibat dari virus influenza dan wilayah tropis menerima ancaman bahaya penyakit malaria. Dan kini virus Corona menyusul sebagai bagian dari kehidupan masa depan dalam berbangsa dan bernegara.
Ilnfluenza atau flu ialah suatu infeksi virus umum yang dapat mematikan, terutama di kelompok risiko tinggi.
Flu menyerang paru-paru, hidung, dan tenggorokan. Anak-anak, orang dewasa yang lebih tua, wanita hamil, dan orang dengan penyakit kronis atau sistem kekebalan tubuh lemah berisiko tinggi.
Ingatkah kamu pada pandemi influenza yang terjadi pada tahun 1918 silam? Diperkirakan 100 juta orang meninggal dunia, menyumbang sebesar 5 persen dari total populasi dunia dan lebih dari setengah miliar orang terinfeksi virus ini. Namun, fakta paling mengejutkan adalah penyakit ini menyerang dan merenggut nyawa orang dewasa muda yang sehat, dibandingkan dengan lansia dan anak-anak yang lebih rentan.
Sedangkan penyakit malaria tersebar luas di daerah tropis dan subtropis yang ada di pita lebar sekitar khatulistiwa. Ini termasuk banyak dari Afrika Sub-Sahara, Asia, dan Amerika Latin. Pada 2015, ada 214 juta kasus malaria di seluruh dunia. Hal ini mengakibatkan sekitar 438.000 kematian, 90% di antaranya terjadi di Afrika. Tingkat penyakit menurun dari tahun 2000 hingga 2015 sebesar 37%,[5] namun meningkat dari 2014 di mana ada 198 juta kasus.[6] Malaria umumnya terkait dengan kemiskinan dan memiliki efek negatif yang besar pada pembangunan ekonomi.
Di Afrika, malaria diperkirakan mengakibatkan kerugian sebesar US$12 miliar setahun karena meningkatnya biaya kesehatan, kehilangan kemampuan untuk bekerja, dan efek negatif pada pariwisata.
Di Indonesia beberapa daerah masih menjadi ancaman penularan penyakit malaria. Yaitu penyakit yang
ditularkan oleh nyamuk dari manusia dan hewan lain yang disebabkan oleh protozoa parasit (sekelompok mikroorganisme bersel tunggal) dalam tipe Plasmodium.
Malaria menyebabkan gejala yang biasanya termasuk demam, kelelahan, muntah, dan sakit kepala. Dalam kasus yang parah dapat menyebabkan kulit kuning, kejang, koma, atau kematian.
Gejala biasanya muncul sepuluh sampai lima belas hari setelah digigit. Jika tidak diobati, penyakit mungkin kambuh beberapa bulan kemudian. Pada mereka yang baru selamat dari infeksi, infeksi ulang biasanya menyebabkan gejala ringan.
Ke depan tentu saja belum tahu dampak atau pengaruh dari Coronavirus Disease setelah melandai. Tetapi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Berskala Mikro bisa menjadi rujukan untuk transisi kehidupan normal masa depan. Masa setelah pandemi Covid-19 berhenti.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian telah menandatangani Inmendagri Nomor 9 Tahun 2021 tentang perpanjangan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro mulai hari ini Selasa (20/4/2021) sampai dengan Senin (3/5/2021).