Marhaban Yaa Ramadan

Oleh : Djoko Tetuko, Pemimpin Redaksi Wartatransparansi

Marhaban Yaa Ramadan

Selamat datang bulan suci Ramadan 1442 Hijriyah. Bulan dimana amal ibadah mendapat pahala berlipat ganda. Dimana banyak proses keghaiban silih berganti menanti.

Marhaban Yaa Ramadan, bulan suci dimana umat Islam seluruh dunia melakukan ibadah wajib berpuasa selama 1 bulan penuh, sebagaimana diwajibkan pada umat terdahulu.

Selamat datang bulan suci Ramadan, bukan dimana kesepakatan ulama bahwa wahyu ayat-ayat suci Al-Quran pada awal dan selanjutnya lebih banyak diturunkan pada bulan penuh rahmat, kemaaaf dari Allah SWT, dan pembahasan dari api neraka.

Marhaban Yaa Ramadan, bulan dimana pada malan 10 hari terakhir dalam proses keghaiban Allah SWT menurunkan sebuah malam senilai dengan 1000 bulan atau 82 tahun lebih.

Selamat datang bulan suci Ramadan, dimana ibadah wajib puasa diharapkan dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati. Meninggalkan semua urusan duniawi menuju kemurnian urusan ukhrawi (mengenai akhirat).

Marhaban Yaa Ramadan, dalam bahasa Jawa ketika berniat dengan ditegaskan; “Ngeker, ngedohi, perkoro kang batal aken Poso” (menjaga diri dan menjauhkan dari semua perkara yang membatalkan puasa).

Selamat datang bulan suci Ramadan, bulan dimana orang-orang Islam pada zaman dulu dengan kekuatan ekonomi tidak terlalu mewah apalagi kaya raya. Menjaga dan menjauhi godaan berakibat membatalkan puasa dengan berhenti pekerja selama 1 bulan suci Ramadan penuh, bahkan lebih.

Marhaban Ya Ramadan, orang-orang Islam Jawa pada zaman lama dengan pengetahuan agama belum mengenal handphones dan dunia berbasis digital, menyerahkan sepenuhnya berbagai urusan ibadah selama bulan suci Ramadan, hanya untuk beribadah dan menjaga kemurnian ibadah itu sendiri. Melukiskan simbol kemurnian dengan mengecat rumah dengan warna putih menjelang bulan suci Ramadan.

Selamat datang bulan suci Ramadan, dimana sholat tarawih digelar dengan drama dan pertunjukkan kolosal, itupun dengan pernak-pernik khilafiah. Tetapi sampai berakhir menjalankan ibadah sunnah itu tetap biasa-biasa saja. Ramadan seperti terhipnotis marak seperti ibadah di tengah-tengah pasar malam.

Marhaban Yaa Ramadan, sebuah panggilan wajib membayar zakat fitrah sebagai pelengkap sekaligus penyempurna ibadah wajib puasa selama 1 bulan penuh. Juga sebagai pembersih amal ibadah setiap umat Islam yang sudah menghirup udara segar dunia, sehingga bayi yang lahir di penghujung bulan suci Ramadan diwajibkan membayar zakat filtrah. Subahnalloh!!!

Selamat datang bulan suci Ramadan, dimana maghnit berkekuatan besar mampu menundukkan dan merendahkan hati manusia untuk memohon maaf dan memaafkan. Sebelum dan sesudah Ramadan, sebuah proses keghaiban dalam kenyataan.

Marhaban Yaa Ramadan, selamat datang bulan suci Ramadan, sebuah panggilan suci tanpa tahu dari mana bisikan itu mendekat dan berlari, membuka sekat kepada Ilahi dan memberikan diri berdzikir dari pagi hingga pagi.

Selamat datang bulan suci Ramadan, aku hanya menunggu keridloaan dari Allah Subahnahu Wa Taala, dari Allah Ya Robb … di antaranya kerinduan … kadang kebencian … kadang kegalauan … kadang kebimbangan … kadang sebuah kesadaran dalam dzikir panjang … kadang hanya sekedar mengenang bahwa 13 April 2021 (1 Ramadan 1442 Hijriyah).

Selamat datang bulan suci Ramadan, adalah sebuah kerinduan panjang ketika mengekang ngekang berbagi nafsu dan gejolak jiwa seperti pura-pura lupa. Seperti menyimpan dendam beribadah di antara berdaya atau kadang pura-pura tidak berdaya.

Semoga di antara … di antara … dan di antara …. umat Islam mendapat derajat bertakwa. (*)