Oleh Djoko Tetuko – Pimred Wartatransparansi.com
Ketika tiba-tiba saja Indonesia Police Watch (IPW) dan
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tidak ada hujan tidak ada angin, menyoal rencana pergelaran sepakbola Piala Menpora, maka pernyataan itu nampak kurang profesional dan proporsional. Mengingat kelembagaan dua lembaga itu tidak berkaitan langsung dalam sepakbola.
(Maaf) dalam bahasa Srimulat kata (almarhum) Asmuni asal bunyi (asbun). Apalagi IPW dan IDI tanpa melakukan kerja profesional bekerja sama dengan lembaga survei untuk melakukan penelitian ketika 1 tahun sepakbola berhenti, bahkan mati suri. Bagiamana?
Ketika sepakbola Indonesia tidak ada aktifitas, bahkan kompetisi berhenti, seluruh komponen mengalami keterpurukan dalam banyak hal secara massal. IPW dan IDI juga tidak melakukan semacam investigasi , monitoring dan evaluasi juga menyelenggarakan kegiatan untuk mengukur kondisi riil di lapangan.
IPW dan IDI seperti mengajarkan kepada masyarakat luas, terutama jutaan rakyat penggemar sepakbola, berpikir kerdil seperti “katak dalam tempurung”, bernyanyi asal bunyi tanpa membandingkan negara dengan kasus Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), sudah menggelar kompetisi sepakbola dengan protokol kesehatan disiplin ketat.
Berpikir sebagai masyarakat awam bahwa sepakbola sebagai salah satu hiburan bagi masyarakat Indonesia, jika dilakukan survei khusus oleh IDI apakah kalau masyarakat terhibur dan tidak merasa ketakutan juga tidak ada perasaan mencekam, lebih dekat dengan ancaman sakit atau tahan banting dengan berbagai ancaman sakit. Sehingga korelasi antara kesehatan masyarakat dan tugas pokok para dokter terpenuhi.
Berpikir sebagai masyarakat awam bahwa sepakbola sebagai salah satu hiburan bagi masyarakat Indonesia, semestinya dilakukan survei khusus oleh IPW, apakah kalau masyarakat senang suasana makin tertib, sehingga situasi dan kondisi di lingkungan masyarakat menjadi aman dan nyaman.
Apalagi, membaca garis perjuangan Indonesia Police Watch amat peduli terhadap permasalahan yang tengah dihadapi masyarakat Indonesia tentang kepastian penegak hukum di negeri ini.
Semestinya dari kalimat itu, IPW justru menjadi bagian dari masyarakat sepakbola dengan meminta lembaga Kepolisian menegakan hukum dengan menerbitkan (minimal) peraturan Kapolri bahwa sepakbola dan dunia usaha serta aktifitas berkaitan dengan hajat hidup orang banyak, meminta dibuatkan peraturan dengan protokol kesehatan dengan disiplin ketat. Bukan sebaliknya, apalagi menakut-takuti.
Dekiian juga IDI, semestinya mendorong berbagai aktifitas berkaitan dengan hajat hidup orang banyak, termasuk sepakbola diminta menjaga protokol kesehatan dengan beberapa masukan dan kritik konstruktif. Bukan melarang dan mengancam yang bukan porsinya.
Sekedar mengingatkan saja bahwa mengutip bagian visi misi IPW, “…, dengan adanya penegakan hukum para pengusaha dan investor maupun segenap masyarakat Indonesia bisa dengan tenang melakukan aktivitas sosial ekonomi. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi nasional bisa berkembang”.
Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr. Daeng M Faqih, SH, MH, Sabtu (24/10/2020),
mengajak dokter di seluruh Indonesia untuk menjadikan HUT ke-70 IDI sebagai momentum penegasan jati diri dokter sebagai pejuang kemanusiaan dan kebangsaan.
Oleh karena itu, Daeng mengajak untuk menjadikan jati diri dokter kembali diimplementasikan dalam kehidupan berprofesi. Yakni mengabdikan seluruh keahlian seluruh kemampuan di bidang keilmuan kedokteran untuk senantiasa menolong masyarakat, dan membantu penyelesaian-penyelesaian masalah kesehatan di Tanah Air.
Sekedar mengingatkan, dari pemikiran dua lembaga di atas, apakah IPW dan IDI tidak terlalu jauh mencampuri masalah sepakbola? Bukankah semestinya kembali ke jati diri organisasi independen IPW dan IDI, justru memberikan jalan keluar sepakbola tertib dan sehat, sehingga masyarakat kuat dan hebat.
Inilah harapan semua kekutaan bangsa dan negara, menjadi bermartabat dalam berbagai aktifitas berbangsa dan bernegara. Percayalah sepakbola akan menjadi bagian salah satu unsur penyembuhan Covid-19. Percayalah bahwa dengan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, maka berbagai usaha sungguh-sungguh akan melahirkan hasil yang baik. Masa pendemi Covid-19 akan terkendali dan tertangani dengan baik pula. (*)